TAZKIYATUN NAFS

πŸ“š *Resume Kulwapp Ⓜatrikulasi#5 HEbAT Community* πŸ“š
Materi Pokok 4⃣
🏑 *TAZKIYATUN NAFS* 🏑

*Host : Bunda Dini dan Bunda Yardha*
*Admin : Bunda Yuli*
*Relayer : Bunda Siwi*
*Notulis : Priambodo Ario P*
===================
☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘

#Materi Pokok  4
🏑  "TAZKIYATUN  NAFS" 🏑
Narasumber :
πŸ’¬ Bunda Rita Riswayati

Tazkiyyatun Nafs
(Selanjutnya penulis singkat jadi TN)

🌱Tazkiyyatun Nafs sesungguhnya diperuntukan bagi orang yg sdh aqil baligh, sdh atau belum menikah, punya anak atau tidak, guru maupun murid.

🌱Dari kitab tafsir Ibnu Katsir, Tazkiyyatun Nafs artinya membersihkan/mensucikan , maknanya adalah tunduk dan ta'at. Jadi *how*nya, apapun yg bisa membuat kita makin tunduk dan ta'at pada Alloh.

Efeknya hati menjadi bening, jernih jiwapun sehat baru bimbingan Alloh, Rosul, orang" sholih dan apapun serta siapapun 'guru kehidupan' akan membuat kita dapat mengambil hikmah.

🌱Menurut ustadz Harry Santosa, Tazkiyyatun Nafs teknisnya adalah dengan berkegiatan sesuai aspek-aspek fitrah. Fitrah keimanan dan seterusnya.

🌱Kembali ke resume kitab tafsir Ibnu Katsir, start dan finish beban penghambaan adalah Tauhid yg membersihkan jiwa dari syirik dan berbagai akibatnya seperti 'ujub, dengki, sombong, kikir , amarah, dzolim, cinta dunia, dll.

🌱TN bertujuan mensucikan diri plus melepaskan beban, kecuali penghambaan. Jadi apapun amanahNya, termasuk anak,jadikan itu aktualisasi diri dari penghambaan kita kepada Alloh.
Udah, kelar masalah kitaπŸ˜€

🌱 Induk Sarana TN:
> Sholat (Al -Ankabut: 45)
> Zakat, infak, shodaqoh ( Al Lail : 18)
> Shaum ( Al Baqoroh: 183)
> Tilawah Al Qur'an:  Al Anfal: 2)
> Dzikir ( Ar- Ra'd: 28 & Al-Fajr: 27-28)
> Tafakkur (Ali Imron: 190-193)
> Mengingat kematian (Al- A'raf: 185)
> Muhasabah harian (Al Hasyr: 18)
> Mujahadah /bersungguh-sungguh ( Al 'Ankabut: 69)
> Amal Ma'ruf dan nahi munkar (Al Ma'idah: 78; Asy-Syams: 9; Ali Imran: 104)
> Melakukan pelayanan umum dan khusus dan tawadhu' ( Al Hijr: 88)
> Taubat ( Al Furqon: 70)

dinukil dari Intisari Kitab Ihya'Ulumuddin, syekh Imam Al Ghazali
➖➖➖➖🌱🌱➖➖➖➖
Disusun Oleh:
 Tim Fasilitator Nasional HEbAT Community

☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘🌹☘
Sesi Tanya Jawab

1⃣ *Dasar dalam Pemilihan Materi HE*

*Bunda Rahayu - Cilandak*
*Bunda Hani - Pekanbaru*
*Bunda Ana - Bukittinggi*

Pertanyaan :

1. Apa yg mendasari tazkiyatun nafs jadi salah satu materi di HE?
2. Apa kaitan tazkiyatun nafs dan home education?
3. Apakah tazkiyatun nafs ini sama dengan Taubat Nasuha?
Terima kasih

πŸ‘œ *Bunda Rita*
Bismillaahirrohmaanirrohiim

1⃣.Poin 1&2 berkaitan erat.
Karena mengasuh dan mendidik itu sesungguhnya pekerjaan hati , dan TN itu jika  diibaratkan adalah riyadhoh/olahraganya  hati. Sehingga hati menjadi terjaga sehat bugar, Siap menjalankan amanah sekaligus menghadapi riak bahkan gelombang persoalan yang terkait langsung atau tidak dalam proses Home Education yang full day , 24 jam perhari.

Aktivitas membersamai  anak itu senilai surga, jalan ke surga  penuh rintangan , kalau aman-aman saja  tak bakal ada bunda atau ayah galau bahkan setressπŸ˜„

Kalau tak ada problem dan tingkah anak yang  menggoda iman orangtua, tak bakal ada orangtua yg senang menitipkan anak seharian, sehari semalam, bertahun-tahun.  Semacam di fullday school atau day care atau di boarding school, di pesantren. Ini untuk yang memang niatnya nitip ya, yang tak niat begitu tak perlu tersinggung☺

Tazkiyyatun Nafs diperuntukkan untuk membersihkan dosa-dosa kecil yang jika dibiarkan menempel, akan menutup kebeningan hati. Sementara  cahaya Illahi hanya bisa terpancar dalam tempat yang bening. Jika kita dapati cahaya, maka petunjuk, bimbingan Nya lebih mudah kita ikuti.

Untuk dosa-dosa besar, yang paling dibutuhkan untuk menghapusnya salah satunya adalah dengan taubatan nasuha, maksimal 2 x kambuh untuk  yang ke-3 kalinya tak ada lagi pintu maaf Alloh. Itu contoh dosa besar murtad, misal.

Untuk dosa besar perlu upaya lebih besar lagi dari sarana TN yg saya tulis di materi,  ada ketetapan syariat lain.

2⃣ *Keutamaan TN*

*Oktiin - Jakarta*
*Dwi Raisnawati -  Tangerang*
*NN - Ngesrep, Semarang*
*Indri - Bekasi*
*Rizky - Jakarta*
*Redni - Lampung*
*Mei - Tegal*

Pertanyaan :

Materi kali ini sepertinya simpel, tapi praktiknya Ma Syaa Allaah butuh perjuangan ekstra sepertinya. πŸ˜‚
Peran ayah dan ibu yang selalu membersihkan hati dan berusaha memperbaiki diri sangat diperlukan dalam pendidikan anak-anak. Dan tujuan dari TN itu sendiri untuk mensucikan diri dan melepaskan beban tanpa menghilangkan unsur penghambaan pada Allaah Subhanahuwata'ala.

1. Apakah TN ini akan sejalan dgn fitrah keimanan orangtua selaku pengemban amanah?
2. Apabila orang tua ternyata aspek fitrahnya juga belum berkembang baik atau bahkan menyimpang, apakah masih bisa diperbaiki, dan mana yg lebih didahulukan, mengembangkan fitrah anak atau memperbaiki orang tua, atau bisa sejalan?
3. Kemudian apabila iman naik turun, apakah TN orangtua akan terpengaruh? Bagaimana cara  menyikapinya?
4. Bagaimana jika orangtua belum menyadari penting nya TN sehingga belum bisa menerapkan TN ke dirinya bahkan jauh dari proses TN itu sendiri?
5. Lalu bagaimana menerapkan konsep untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dimana pasti ada pengharapan tapi di sisi lain harus siap menerima dengan lapang dada apapun hasilnya pada anak-anak?
6. Bahkan ketika kita sedang proses TN dan proses HE Anak, kita mendapatkan ujian berupa pandangan buruk dari orang-orang terdekat (keluarga). Kemudian kita merasa down, sedih, marah. Kemudian kita menghindar. Mengurangi komunikasi dgn orang-orang tersebut. Sambil meminta Allah menghilangkan segala perasaan sedih dan marah itu. Salahkah jika kami mengambil langkah itu?        
             
πŸ‘œ  *Bunda Rita*


2⃣. Saat kita sebagai orang tua tersadarkan dengan adanya hal yang perlu diperbaiki dalam pola pengasuhan dan pendidikan anak, dan kesadaran itu didapat dari keyakinan adanya anak adalah amanah Alloh, maka sesungguhnya fitrah Keimanan kita dalam kondisi siaga. Selanjutnya agar bersiaga penuh, konsentrasi, fokus, maka kondisikan terlebih dahulu hati. Sebab jika hatinya lurus, maka lurus pula cara berpikir dan bertindak nya. Jika hati meleng-meleng, pikiran dan tindakan bisa makin melenceng.

Karena kita Muslim, rumah kita, alam kubur sampai finish di akhirat nanti tentu ingin cahaya Alloh lah yg menaungi kita.

Dan cahaya tak akan memantul di tempat yang kotor. Pusat diri tempatnya ada dihatinya, maka hati yang senantiasa utama terjaga kebersihannya agar senantiasa terjangkau cahaya petunjuk dan bimbingan Nya.

Sehebat apapun upaya kita, harta, kurikulum ilmu, pengalaman...semua tak berarti tanpa petunjuk Nya.

Fluktuasi iman adalah manusiawi, manisnya iman adalah hasil upaya dan buahnya adalah keselamatan.

TN hadir sebagai upaya agar konsistensi iman terjaga, sehingga membawa dampak pada buah pikiran, ucapan dan perbuatan selama interaksi membersamai buah hati. Yakinlah, kesalahan akan diampuni Alloh, kebaikan akan menutupi kesalahan dan kekurangan, jangan berpikir yang peluang kesalahan, berpikirlah peluang kebaikan dan perbaikan yang masih bisa kita lakukan.

Proses TN adalah proses tarbiyah, educatipn itu sendiri. Jadi jangan merasa berkecil dengan upaya kita. Dzikir sambil momong saja TN kok.

Selama masih terselip obsesi 'keberhasilan' anak, maka satu"nya ukuran yg boleh bahkan harus adalah berhasil yang tidak menimbulkan ke futuran atau bahkan kebencian pada Ghiroh keimanan.

Misal: prestasi akademik dan bakat bagus, hapalan banyak, tapi diam saat ada kemunkaran, atau jadi benci karena merasa terpaksa berada dilingkungan orang" sholih.

Saat pilihan di uji, maka yakinlah lulus ujian akan membuat kita makin kuat. Kekuatan bisa dihadapi dengan strategi, jika menghindar adalah bagian dari menguatkan hati untuk kemudian tampil tanpa ragu di waktu yang dirasa tepat, maka yuk lakukan bun✊🏻😍✅                      

3⃣ *Indikator Keberhasilan TN*

*Dini - Bekasi*
*Mei - Tegal*
*Ana - Bukittingi*

Pertanyaan :

Apa yg menjadi Indikator bahwa TN yg kita lakukan sudah berhasil?
Apakah cukup hanya dgn melakukan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya?                      

πŸ‘œ  *Bunda Rita*

3⃣. Indikator bahwa TN ada atsar-nya/berbekas, adalah adanya perubahan yang berdampak makin kuatnya rasa optimis dan rileks namun sekaligus semangat memperbaiki keadaan.

Bersemangat bukan berarti harus ngotot, ngoyo.

Jika hati terjangkit lagi  obsesi duniawi, membuat target sukses jangka pendek apalagi dalam tempo sesingkat singkatnya, maka TN lagi..lagi..dan terus harus makin menjadi penyeimbang.

 Sebab penyakit obsesif semacam ini mudah menimbulkan kepanikan, kemarahan, kekecewaan yang akan berimbas pada teknis melakukan HE.

Itulah mengapa TN diperlukan sebelum berbicara teknis. Bahkan saat menjalani dan setelah nya dalam fase evaluasi, baik harian, pekanan, dan seterusnya.
✅                  
   
4⃣ *TN untuk Anak*

*Dwi Raisnawati -  Tangerang*
*Dini - Bekasi*
*Amini - Jakarta*

Pertanyaan :

1. Apakah perlu mengenalkan TN kepada anak yg belum / menjelang akil baligh?
2. Bagaimana penyampaian dan penerapan nya agar anak dapat memahami TN?
3. Contoh teknis TN yg berkegiatan dgn fitrah anak seperti apa?

πŸ‘œ  *Bunda Rita*

4⃣. Sepanjang kita melakukan peningkatan kualitas ibadah wajib,  ditambah melakukan ibadah Sunnah sebagai sarana dan sekaligus  beraktivitas bersama anak menumbuh kembangkan aspek fitrah anak, sebenarnya kita tengah mengenalkan TN.

Pada saat-saat tersulit yang menimpa kita dan  keluarga, adalah saat kita  memahamkan pada anak bahwa kita membutuhkan lebih dari yang sekedar wajib saja. Karena ibadah wajib jika tidak dilakukan padahal telah memenuhi syarat wajib, jelas itu dosa besar. Taubatan nasuha sarananya.

Istighfar dan sarana yang saya tulis adalah jenis ibadah-ibadah Sunnah, yang diniatkan untuk membersihkan dosa-dosa pengotor hati yang InsyaAllah terhapus dengan sarana tersebut.

Sementara ibadah Sunnah semacam itu setelah yang wajib khatam di perkenalkan, dipahami dan dilatihkan.

 Contoh sarana TN yang paling efektif, yakni   bersama  sama berkegiatan dalam aspek fitrah keimanan, fitrah pertumbuhan, fitrah seksualitas, fitrah bakat.

Jujur, sebenarnya saya agak bingung jika aktivitas TN buat anak. πŸ˜€

Yang ada setiap beraktivitas dengan anak dalam konsep HE yang saya yakini ini, saya menjalankan kewajiban dengan ritual TN dulu, dzikir, sholat Sunnah , shodaqoh, dll yang kadang diikuti anak tapi tak saya latihkan seperti halnya yang wajib-wajib. Contoh sarana TN yang efektif, yakni bersama-sama berkegiatan dalam segala aspek fitrah. saat bermain di alam,  ta'jub dengan keindahan alam, kita berdzikir. Anak akan mencontoh.

5⃣ *Apakah TN bisa membantu menyelesaikan masalah di dalam rumah tangga?*

*NN di Bumi Allah*

Pertanyaan :

Assalamualaikum… maaf merepotkan, sy sedang butuh bantuan. Bagaimana cara struggling nya ya? Harus kemanakah seorang istri mencari support?

Mengasuh anak adalah sebuah tantangan karena tidak ada wanita yang langsung bisa tahu bagaimana mengasuh anak. Tantangan dalam pengasuhan akan bertambah berat jika:

- tidak dapat dukungan orang tua (tinggal berjauhan, orang tua masih menggores luka hati anak, atau orang tua ikut campur urusan rumah tangga anak)

- tidak dapat dukungan mertua (tinggal berjauhan atau mertua mencampuri urusan rumah tangga anak)

- tidak dapat dukungan pasangan (LDR, sikap cuek, melakukan kdrt, belum mampu lepas dari pengaruh orang tuanya).

Saat ini saya ngerasa my marriage life is dysfunctional, entah saya bisa bertahan atau tidak, untuk perbaikan pun sepertinya datar-datar saja, saya takut akan berefek untuk pendidikan anak saya, mereka butuh sosok ayah yg mau mendampingi. Adakah cara bertahan untuk diri saya terlebih dahulu, karna saya berpikir kembali bekerja supaya kelak terjadi hal yang tidak menyenangkan saya siap untuk menafkahi anak saya, atau saya tetap jalani rumah tangga ini walau dysfunctional?

Husband-wife bonding saya dan suami benar-benar datar. Saya ngga mau terjadi ketidakseimbangan apalagi itu akan berpengaruh untuk anak-anak saya kelak. Saya punya dua anak laki-laki yang butuh panutan.

Saya masih kehilangan kepercayaan kepada suami. Susah untuk mengembalikan seperti dulu, saya dituntut banyak hal untuk perubahan, tp dari dia datar aja. Saya sedang menyiapkan pendidikan untuk anak saya, dia pengennya yg instant, serba keterbalikan. Apalagi setelah ujian ini, saya masih sulit sekali percaya.

Kalau anak diibaratkan sebuah rumah, bagaimana anak akan punya pondasi yang kuat dan kokoh untuk bekal kehidupannya jika orang tuanya (khusus ibunya) dibebani dengan masalah-masalah di atas? Bagaimana melibatkan suami agar tertarik ikut memahami proses parenting, karena kesibukkannya bund

Saya memang masih cemas, takut, tp masih mau berusaha buat berdamai dgn diri sendiri demi anak2. Saya benar2 ngga mau semua luka itu saya wariskan ke anak2 say. Saya ingin bebas. Tapi apa yg harus saya lakukan? Saya masih bingung.                      

πŸ‘œ  *Bunda Rita*

5⃣. Bunda, untuk menghadirkan rasa optimis dan rileks, harapan tertinggi gantungkanlah pada yang Maha Tinggi, Maha membolak-balikkan hati. Saya biasa istilah kan: komunikasi vertikal.

Pada titik pasrah sepasrah pasrah nya, InsyaAllah pertolongan Nya akan datang. Dalam harap dan do'a, sebaiknya fokus ke  kita , bukan aku. Dan meminta hanya dengan caraNya, tanpa terselip sedikitpun harap turunnya pertolongan Alloh sesuai keinginan 'cara kita', cara manusia.

Pertolongan Alloh seringnya hadir dengan cara yang tak pernah terpikirkan oleh kita sebelum nya.

Pada dasarnya jiwa yang bebas  merdeka  adalah jiwa yang tak takut pada selain Alloh.

Lupakan yang menyakiti, forgiveness dengan Ikhtiar TN jika kuat, konsultasi dan libatkan pihak ke-3 yang berkompeten jika sudah dirasa berat.

 Sebagai penyeimbang komunikasi vertikal, ada komunikasi horizontal. Tapi ini perlu di bahas di tema khusus: bahasa cinta, bahasa kasih.

Saran saya, sebaiknya bunda tidak  LDR dengan suami (mohon maaf, ini jika LDR).

Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memperkuat hubungan, baik vertikal horizontal saat fisik berdekatan.

Saya paham, jika luka akan berbekas, namun bisa ditutupi dengan banyak hal lebih manis,  berpikir dan beraktivitas positif.
πŸ˜ŠπŸ™πŸ»

Para ayah memang perlu diajak dengan 'caranya'. Suami saya dulu juga tidak berminat dengan parenting. Perlu ngobrol khusus soal pdkt  pasangan kita mengenai patentingπŸ˜‰
Lain waktu perlu sharing sepertinya.
✅                      

6⃣ *Upaya Khusyuk dan Istiqomah Beribadah serta ber-Amar Ma'ruf*

*Dhian Farah*
*Desna dari Riau*
*Rahma - purwakarta*
*Sabrina Listaa - Jember*
*Dewi Septi-Padang*
*Ajeng-Jaktim*

Pertanyaan :

Mau minta saran dan nasehatnya.

1. Seringkali saya merasa futur dalam ibadah, banyak amalan sunnah yang akhirnya sering terlewat, Padahal tidak seharusnya kelelahan mengurus bayi menjadi alasan.

2. Bagaimana cara menjaga ke khusukan sholat terutama saat tinggal berdua dgn bayi?

3. Tentang mujahadah dalam TN, bagaimana caranya agar mujahadah dalam tindakan qt misal dalam tilawah naik tingkat terus? Saya seringkali tidak konsisten dalam kualitas & kuantitas karena sebagai ibu di ranah domestik & publik yg tdk memiliki keluarga di kota tinggal skrg, tidak ada yg bisa saya mintai bantuan. Seringkali lelah fisik mengalahkan mujahadah yg sudah diniatkan ini.
Jazakumullah bu 😊

4. Selanjutnya, adakah poin² atau tips agar senantiasa istiqomah menjadikan aman tsb seperti diatas, mengingat kadar iman kita naik turun.
Terimakasih πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

5. Assalamualaikum Bunda...Ada yg ingin saya tanyakan mengenai:
1. Muhasabah harian:
Muhasabah apa yang bisa dilakukan ibu rumah tangga dengan kegiatan rutinnya? Sejak memutuskan resign November tahun lalu, skg posisi saya full time mom tanpa pembantu, sehingga pekerjaan saya rutin beberes rumah dan urus anak saja.

2. Amar Ma'ruf dan Nahi Munkar:
Bagaimana menyikapi grup teman lama yg  sudah berbeda paham dengan kita? Misalkan ketika kita mengajak ke kebenaran yang terjadi kita diperolok olok.

Apakah tetap bertahan dan menjadi silent reader? Ataukah lebih baik left dari grup?

Terimakasih.


6. Dlm materi disebutkan : Apapun yg membuat qt makin taat pada Allah, nahhh apakah ada batasan dr apapun ini?

 πŸ‘œ  *Bunda Rita*

6⃣. Bunda Sholihah, jujurlah saat kita lelah. Itu langkah pertama mencari 'tenaga'.

Merawat bayi bukan perkara ringan, tubuh mungilnya masih bergantung pada kita, maka kita pun harus minta pertolongan saat merasa dibutuhkan.

Yang kedua komunikasikan perasaan dengan cara yang paling disukai olehNya dan suami kita. Agar komunikasi berakhir mrnjadi solusi.

Jadi TN dengan tilawah, bukan mengejat target kwalntitas, bukan juga sekedar kwalitas antara bunda dan Alloh semata, tapi sertakan anak dan suami.

Diawali dengan husnudzon bahwa de bayi tidak takut akan bangun dan 'mengganggu" tilawah, tahajud dan aktivitas sarana TN lainnya yang akan kita lakukan.

Positif thinking, jika kita berpikir anak 'mengganggu' maka kita fokus pada gangguan. Bukan menikmati ibadah, alih-alih hati bersih yang ada kesal pada anak dan suami yang cuek, Amal itu diterima jika caranya benar dan ikhlas.

Kadang kelelahan yang saya tasakan bukan karena kesibukan sebagai ibu dan  pekerjaan domestik. Tapi lebih karena saya merasa sendiri, dan berimbas pada beratnya proses ikhlas.

Itu kalau pengalaman saya.

Evaluasi penting untuk mengukur 'kekuatan diri' sehingga ketemu solusi untuk dibagi-bagi. Bahkan jika memungkinkan, tak perlu merasa malu untuk punya asisten yang bantu-bantu, demi terjaganya kwalitas bonding dengan anak dan suami. Atur saja jenis pekerjaan dan interval waktunya. Sepekan sekali atau 2 x.

Yang juga termasuk Evaluasi adalah berkenaan profesi/ pekerjaan kita dan  jenis hubungan interaksi sosial baik pertemanan,  organisasi atau apapun jenisnya dengan minta pertimbangan suami, jika tak maslahat,  mundurlah baik-baik.

Misal, untuk pekerjaan dan organisasi saya biasa evaluasi per 1 th.

Lalu kita tata sarana TN yang paling menenangkan hati, yang paling berdampak pada perubahan diri dan keluarga.

Masalah batasan sarana yang bisa menambah ketaatan pada Alloh,  prinsipnya: apapun yang Alloh larang dan jika pun mubah/dibolehkan, pasti syariat membatasainya jika sudah melampaui batas, hingga melupakan akhirat, cinta dunia dan takut mati. Jangan mencari-cari yang secara nash tidak dilarang, repot nanti.


7⃣ *TN sebagai sarana Mengendalikan Emosi*

*Nisa - Jogja*
*Hani - Pekanbaru*
*Redni- Riau*
*Mei, Tegal*
*Hikmah - Bangil*
*Adek - Tangerang*
*Neny - Bandung*
*Dini - Bekasi*

Assalamualaikum bunda,
Mau minta saran dan nasehatnya.

1. Bagaimana agar hati kita selalu suci saat menghadapi sikap anak yang tidak baik, misal melawan atau tantrum supaya kita tidak ikutan menjadi emosi? Klo kita juga marah pada anak, apakah berarti TN kita gagal? Atau bahkan masih uring2an TN nya gak beres ya bun?

2. Bagaimana agar hati kita bisa terhubung dengan hati anak dalam ikatan yang kuat?

3. Anak saya menjalankan homeschooling namun saya jika dalam keadaan (maaf) haidh maka aktivitas homeschooling seadanya dan tdk bersemangat dan anak anak ikut tidak bersemangat melakukan apapun terutama membimbing  hafalan qur'annya .apakah ini ada kaitannya dengan TN? bagaimana mengatasi kondisi ini?

4. Dalam rangka TN, bagaimana cara membersihkan jiwa dari amarah, terutama amarah pada anak yg merupakan amanah Allah. Rasanya sulit sekali untuk tidak marah pada anak walau hanya 1 hari saja.

5. Dalam membersamai anak2 saya masih belum bisa menahan emosi. Sangat ingin bisa mengelola emosi, karena saya selalu menyesal setelah marah akan tetapi kok msh saja terulang lagi. Bagaimana y solusinya supaya TN bisa stabil?

 πŸ‘œ  *Bunda Rita*

7⃣ Ayah bunda, tentang kadar kesucian hati seseorang, kita tentu tak bisa mengukur nya. Namun benar, ada indikator yang terasa dan terlihat. Pengendalian diri secara umum, bukan hanya amarah tapi juga apapun yang berkaitan dengan  hawa nafsu. Termasuk segala hal yang asalnya dibolehkan tapi menjadi berlebihan, dalam hal ini contohnya obsesi yang tentu saja boleh bahkan harus jika itu tentang kebaikan . Tapu orang tua yang menitipkan mimpi/obsesi spesifiknya pada anak-anak, bisa jadi justru membuat anak kehilangan gairah.  Padahal potensi dan peran spesifik itu sangat bisa jadi antara anak dan orangtuanya berbeda.

Maka untuk mengendalikan diri,selain dengan upaya TN, ada upaya-upaya yang menurut saya sangat membantu:

1.Upaya memahami substansi dan membuat prinsip- prinsip utama dalam mengasuh dan mendidik,agar kita  terhindar dari kekakuan teknis atau cara.
2. Meng-Up grade diri dengan ilmu sebagai amunisi berpikir dan bersiasat.
Yang khusus misal: Tentang dasar-dasar psikologi perkembangan anak, kesehatan dasar serta metodelogi pendidikan masa lalu dan kekinian dan  Ilmu parenting secara umum.Lalu pakai yang paling cocok dengan ke khasan anak dan  keluarga kita.
3. Komunikasi. Suami-istri ,ayah-anak, ibu-anak. Lalu dengan pihak patner: sekolah, dll.
Sebanyak apapun ilmu, sekuat apapun hati, tetap butuh berbagi.
4. Pengendalian diri paling efektif adalah muhasabah yg rutin, buat target perubahan agar tidak terulang terus. Cari strategi paling cocok dengan kita : misal quiz 1-7 hari tidak marah dan teriak.  Latih dan evaluasi lagi. Sampai ada perubahan yg diharapkan. Asal senyawa antara niat dan ikhtiar kuat, InsyaAllah kita bisa mengendalikan diri.

Empat hal diatas seiring pengalaman akan membuahkan keluwesan sekaligus kecerdikan dalam memainkan seni mendidik diri sendiri dan  anak.  Kuncinya tetap tenang saat menghadapi kondisi tak terprediksi apalagi yg bisa terprediksi.

 Contoh lain:
Misal saya , sejak anak pertama suka tantrum,  saya merasa perlu membeli buku tentang pertantruman dan cara cegah tangkalnya, Alhamdulillah manfaat untuk bekal pengasuhan adik-adiknya, pun memberi advice ke ibu dan calon ibu yang membutuhkan.

Saat anak 'melawan', saya bekerja sama dengan suami. Terutama anak-anak yang usia 10 th keatas. Umumnya para suami lebih cerdik dan efektif, mungkin karena para bunda sudah biasa terkepung rutinitas sehingga agak repot mikir yang tricky-tricky .πŸ˜€

Soal aktivitas Homeschooling, tergantung memaknai HS itu seperti apa. Jika di Home Education, segala hal itu adalah education, jadi setiap aktivitas pasti bermakna dan tak terikat kondisi, Termasuk sedang haid atau tidak😊✅

8⃣ *Inner child dan Healing Prosesnya*

*Puspasari - Samarinda Kaltim*
*Murti*
*Neny - Bandung*
*Redni - Lampung*

1. Bagaimana mengatasi emosi dalam mendidik anak-anak? Saya sudah berusaha untuk tidak cepat marah tapi karna saya dari kecil mendapatkan kekerasan verbal dan fisik dari keluarga (keluarga broken home) akhirnya terbawa saat saya mendidik anak-anak saya... walaupun dengan bertambahnya ilmu dan pemahaman sudah mulai berkurang tapi sering lepas kontrol kalau sudah lelah jiwa raga... mohon masukannya..
Saya ibu dari 2 anak yg pertama 9 tahun dan yg kedua 6 tahun (mengidap Autisme) usia saya 29 tahun.

2. saya mau nanya... Saya ibu dari 2 putra dan 1 putri. 2 putra saya SMA dan SMP. Saya ibu bekerja. Saya Insya Allah memahami ilmu parenting dan ilmu agama yg mengajarkan terkait permaslahan anak. ...namun mengapa susah sekali mendapatkan kesabaran dalam mendidik mereka ya. Saya mempunyai kelemahan temperamen dan tidak sabar. Bagaimana ya utk meningkatkan kualitas kesabaran itu. Karena tiap diskusi dengen 2 putra saya..terutama yang SMA itu..pasti ujung2nya saya jadi marah..karena dia selalu berargumen dan sptinya sudah sekali memasukkan pengertian ke dia.

Padahal saya sangat menyadari dan mengetahui bahwa ibu adalah madrasah pertama....kesabaran ibu harusnya tiada batas..tp susah sekali menjalaninya. Saya orangnya perfeksionis dan disiplin..jd ada apa2 sedikit yang tidak sesuai dengan yg seharusnya...mknya itu cukup bisa memicu amarah saya. Namun saya sama sekali tidak pernah menggunakan fisik dalam mendidik anak2. terfikir pun tidak. Hanya amarah dan kata2 . Kata2 pun saya juga tidak pernah terlontar yang kasar (mohon maaf spti kebun binatang)..naudzu billahhi mindzalil..itu juga tidak pernah.

3. Bismillah Subhanalloh,alhamdulillah,allohuakbar...
Suka menangis saya ktka mmbca renungan2 dan kulwap nya bunda....pertama menangisi sya yg dulu masih kcil ko rasanya bgitu sdikit merasakan ksih syang dri orgtua ato sya rsa hmpir tdk terasa,,πŸ˜₯πŸ˜₯ kdua mnangis bhagia dpertemukan bunda2 hebat d komunitas ini,,
Krna smnjk kcil ta merasakan bgaimana rasanya dsayangi dri hati,hingga saat ini sya belajar menyayangi kdua amanah yg tlh Alloh titipkan kpda sya,sya kdang ta bsa mnhan emosi pda ank2 demi memenuhi ego saya,stiap shbis shalt bersama ank2 sya selalu minta maaf pda mereka smbil mencium ubun2nya dan mendoakannya,mhon bimbinganannya spya sya dan snk2 bsa tumbuh berkembang dgn cinta...😭

4. Bagaimana caranya agar orang tua sembuh dari "luka" jiwa yg dialami waktu kecil. Dan bagaimana caranya "mengobati" jiwa anak bila orang tua terlanjur "melukainya"? Samakah cara mengobati luka anak dg orang tua?
Mengapa setelah memiliki anak, rasanya semua ilmu yg dipelajari sebelumnya rontok dihadapan anak, baik ilmu psikologi, pendidikan, parenting, agama. Dan sering menghadapi anak seperti bagaimana dulu ia diperlakukan ketika kecil. Sering sekali mengomel dan memarahi anak walaupun tau bahwa akhir dari kemarahan itu adalah melelahkan dan tidak efektif. Dan susah sekali keluar dr kondisi itu.

πŸ‘œ *Bunda Rita*

8⃣ Sependek pengalaman saya, inner chield hal yang paling banyak dikeluhkan para bunda di kelas-kelas parenting.
Saya sendiri tidak mengalami nya, Alhamdulillah masa kecil saya indah ceria bahkan sempurna menurut ukuran anak kecil yangbisa mengalami 2 lingkungan sekaligus, di kota dan di desa. Dua orangtua lengkap yang menikmati masa rileks dalam mendidik saya.
Tapi bukan berarti saya tak punya masalah traumatik. Bahkan trauma saya adalah hal yang tak bisa terbayangkan siapapun, masa-masa sulit saya justru disaat harus merawat, mengasuh dan mendidik anak sendiri sementara apa yang saya alami sangat sulit dilepas.
Intinya saya belum selesai dengan masalah tapi kondisi tak memungkinkan bahkan untuk jeda sekalipun.
Namanya jadi istri dan ibu, mana ada cutinyaπŸ˜€

Yang saya lakukan adalah *memaafkan.*
✓ memaafkan peristiwa masa lalu
✓memaafkan pelaku yang menyebabkan beban traumatik
✓ memaafkan suami
✓memaafkan anak-anak
✓ memaafkan pihak yang tidak secara langsung menambah beban
✓ memaafkan diri sendiri

Memaafkan itu buah dari rasa ikhlas, syukur dan sabar. Dan perasaan ini diawali dari rileks dan optimis.
Namun memang sepengalaman saya, yang paling sulit dan berefek panjang adalah: *tidak tuntas memaafkan diri sendiri.*
Seperti penyakit yang tak terbasmi, virusnya mendekam pasif namun disaat hati kita lemah dia muncul dan aktif merusak. Merusak pikiran dan ter-ekpresikan dalam kata dan perbuatan.

Contoh tak bisa memaafkan diri sendiri:
1. Mencap diri sebagai penyebab musibah.
2. Menyalahkan diri karena tidak bisa memaafkan orang terdekat, orang lain.
3. Saat bisa memaafkan orang lain, tapi tak bisa menerima takdir, maka diri sendiri jadi sasaran sebab kesalahan.

Jadi sebenarnya memaafkan masa lalu terkait peristiwa, orang tua, keluarga, orang lain dan  diri sendiri adalah ekpresi keimanan, *iman pada takdir.*

Jika yang berjihad dengan musuh Alloh pun harus menyingkirkan dulu rasa amarah dzolim dan dendam, baru dinilai benar jihadnya, maka yang berjihad dengan nafsu dalam dirinya pun demikian adanya.
Demikian pula berjihad untuk keluarga. Selesaikan masalah yang perlu pemaafan, lalu jika kambuh lagi gerakan lagi rasa keimanan dengan sekuat dan semampu kita.
Minta do'a yang lebih spesifik, yang berlepas dari aroma cinta dunia dan obsesi kesenangan/kepuasan pribadi.
TN terbaik adalah menuntaskan masalah apa yang paling menyakiti dulu, sebab itu sumber yang mengotori secara perlahan tapi berkelanjutan.
Lalu lakukan TN sesuai wadzifah yang Sholih dan paling mujarab menstabilkan hati.
Para sahabat Rasulullah pun biasa memiliki amatlah Sunnah yang khas dan dominan. Bilal yang tak senantiasa suci dari hadas, Abu Bakar yang selalu terdepan dalam infak dan shodaqoh, dan sebagainya.


9⃣ *Agar Hati tidak Merasa Resah*

*Euis - Sumedang*

Prtanyaan sy ttg TN:
Sy brfikir untuk resign dari tmpat sy mngajar dgn alasan merasa brsalah melihat materi yg begitu banyak diberikan pd siswa dan fullday.
Jujur sy selalu mmpertanyakan kpd pihak sekolah knp jadi tmbah banyak materi dan jam belajarnya?
Dan sy selalu resah.
Merasa tak punya pemikiran yg sama dgn tmpt sy bekerja.

Ini baru masuk thn ketiga sy mngajar.

Apakah keresahan sy tsb merupakan sbuah prtanda bhw sy belum kmbali k fitrah?
Mohon do'anya moga sy dapat aktifitas pngganti yg jauh lebih barokah dan sesuai fitrah.

πŸ‘œ *Bunda Rita*

9⃣. Bunda Euis, saya pribadi rutin melakukan muhasabah profesionalisme. Saya kerja dan di akhir tahun ajaran saya evaluasi diri. Menimbang maslahat dan mudharat dan memantapkan keputusan.
Kolaborasi hati dan pikiran yg menimbang nya. Pikiran biasanya dipengaruhi pengetahuan dan kondisi.  Maka jika ilmu yang kita terima memang bisa dipercaya, dipertanggungjawabkaan, kondisinya juga mendukung atau sebaliknya, maka sayapun  mantap maju atau justru mundur dengan baik-baik.
✅          

πŸ”Ÿ *Aktualisasi Penghambaan Diri*

*Redni- Riau*
*Intan Dian, Semarang*
*Sabrina Listaa - Jember*

 Assalamu'alaikum Bunda,

1. Apa makna penjabaran dari kalimat  "kita sebagai pendidik, sebaiknya memulai TN (pensucian diri) sebelum mendidik dengan kitab dan hikmah" ?

2. bagaimana aktualisasi diri dari penghambaan kita kepada Allah dlm mengemban amanah Allah, yaitu mendidik anak.

πŸ‘œ *Bunda Rita*

1⃣0⃣. Mendidik dengan kitab artinya by dalil Naqli, by literatur. Hikmah adalah dalil aqli yang berakar dari sumber ilmu yaitu Kalamullah, Sunnah dan fakta penciptaan dan segala peristiwa di dalamnya.
Keduanya digerakkan dengan hati, diolah dengan pikiran dan dikuatkan dengan pengAlaman.
Jadi TN adalah pemanasan untuk masuk kedua alam berpikir dan beraktivitas.

Hati, pikiran dan perbuatan dituntut aktif dalam proses mendidik.
Ketiganya tak bisa terpisahkan, berjalin kelindan seperti Keimanan yang terlebih dahulu menuntut aktualisasi 3 unsur: meyakini dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan melakukan dengan perbuatan.
Seperti aktualisasi iman sebagai bukti ketundukan pada Alloh, demikian juga turunan keimanan yang termaktub dalam amanah mendidik, semata karena keya'atan kita pada Alloh ta'ala, pemilik amanah (anak) yang sesungguhnya.😌
✅        

1⃣1⃣ *Nira - Bandung*

Assalamualaikum..
Pertanyaan :
1. Ayat tentang sholat Al Ankabut:25 dan  Yang ini juga
Qs 7:185
belum mengerti maksudnya.. karena tidak ada kata "solat"
2. Tolong dijelaskan maksud poin: melakukan pelayanan umum dan kusus..
Jazakumullah sebelum dan sesudahnyπŸ™πŸ€—

πŸ‘œ *Bunda Rita*

1⃣1⃣Bunda Nira yang hebat, mohon maaf, seharusnya Al Ankabut ayat 45.
 Dan QS Al A'raf ayat 185 tentang mengingat akan datangnya kebinasaan.
Dzikrul maut.

Tentang pelayanan umum hal" kemanusiaan yang bersifat universal seperti yang termasuk  kegiatan sosial, memperhatikan dan melaksanakan netiket disuatu ruang publik, green attitude, dll.
Adapun yang khusus yang secara syariat ditekankan: merawat dan memperhatikan anak yatim, fakir miskin, khaum dhuafa, serta menolong orang" yang tertimpa musibah/kesulitan.


πŸ‘œ  *Penutup*

Tak perlu khawatir dengan masa lalu , kesalahan dan kelemahan kita, karena Alloh lah sejatinya pemilik anak-anak kita. Yang terpenting jangan lupa mohon bimbingannya selalu dalam setiap upaya menjalankan amanahNya.

Karena Allloh sebaik-baiknya pemelihara. πŸ’•      

SELESAI

Komentar

Postingan Populer