Belajar Zerowaste, Kendalikan Plastikmu


Sebagai orang dekat pesisir, kami sering bermain ke pantai. Namun sayang, niat menlihat pemandangan indah sering terganggu dengan sampah-sampah plastik yang berserakan. Mengutuki para pembuang sampah sembarangan tak kan ada gunanya. Sedangkan saya sendiripun tak beda jauh. Mereka membuang sampah di sungai, saya membakar sampah. 😩. Sama-sama buruknya. Yang satu mencemari laut, satu mencemari udara.


.
Sudah lama memang mendengar isu-isu terkait kerusakan lingkungan, khususnya tentang pencemaran sampah plastik dan dampaknya bagi kehidupan laut dan manusia. Tapi hati tak juga bergerak berbuat sesuatu. Sampai akhirnya, sering saya lihat postingan mba @dkwardani dengan tema #belajarzerowaste. Saya mulai tertarik. Saya follow hashtagnya, follow beberapa praktisi lainnya, dan para aktivis juga.

.

Mulailah ada niatan untuk merubah kebiasaan. Kemudian, ketika main ke RBM (Rumah Belajar Modern), saya membaca majalah Natgeo terbaru bulan Juni yang menyoroti isu sampah plastik dunia. Ditambah membaca buku Sokola Rimba yang juga menyinggung isu kerusakan lingkungan. Tambahlah semangat untuk segera memulai. Sedikit demi sedikit yang penting konsisten dan berprogress.

.
Saya mulai dari yang saya bisa dulu. Mengurangi kantong plastik belanja. Saya mengumpulkan tas belanja yang saya punyai, seperti tas keranjang anyaman, totebag, tas plastik tebal yang bisa dipakai berulang2. Dan kebetulan habis beli sepaket food container juga karena ada promo. Pas lah bisa dipakai buat belanja ke pasar sekalian buat food preparation.
Keranjang anyaman, totebag,food container
Food Container masuk tas anyaman
Setelah menumpulkan niat dan memberanikan diri, mulailah saya coba belanja mingguan ke pasar dengan membawa segala perlengkapan seperti tas belanja anyaman, food container, dan totebag. Food container untuk wadah tahu, lele, ayam, udang, dimasukkan dalam tas keranjang anyaman. Totebag buat wadah sayur2an dan buah-buahan. Lombok, tomat yang biasa diplastik kecil-kecil, langsung tak masukin totebag.


Minim plastik, meski masih ada beberapa yang terbungkus plastik karena sudah dari penjualnya begitu
Respon penjual beragam. Ada yang cuek manut saja tak sodorin wadah, ada yang kaget, 'iki ki opo?' (merasa nggak jual sesuatu dalam food container kok ini ada yg nyodorin buat diitung), ada yang ngguyoni 'wah, wadahe anyar yo, ngayari iki?', ada yang komentar 'oh, menuju Indonesia bebas sampah yo mbak?'. Hehe.
.
Memang lebih repot dan ribet. Biasanya mau belanja ke pasar yang penting bawa duit aja kan. Sekarang harus bawa tas macem-macem, belum food container sebagai pengganti plastik bening yang biasa dipakai untuk daging-dagingan, bumbu, tahu, dll. Jadinya sebelum belanja pun harus buat daftar belanjaan dulu, untuk memperkirakan jumlah wadah yang diperlukan. Tapi segala kerepotan ini, dampak baiknya kita dan anak cucu kita juga kan yang bakal rasain?

Sekalian food preparation biar kulkas rapi dan meminimalisir makanan terbuang
.
Kadang saya masih suka lupa nggak membawa tas belanja sendiri. Masih susah juga mengurangi makanan dan barang-barang yang terkemas plastik. Selain itu saya juga belum bisa pengolahan sampah organik menjadi kompos, jadi bingung juga mau diapain sampahnua. Dan masih banyak yang belum bisa saya lakukan seperti menghemat air, mengganti detergen, sabun dengan yang lebih alami, dll. Makanya, harapan saya setelah ini adalah, dapat bergabung dengan komunitas yang sepaham, untuk belajar teori, belajar praktik, ada teman yang saling menginspirasi dan menyemangati, ada tempat untuk bertanya atau diskusi, dan mendapat tantangan-tantangan baru. Sehingga tidak hanya semangat di awal saja, namun cepat bosan atau melempem ketika menemui hambatan, tapi harapannya tetap bisa istiqomah, konsisten dan berprogress.
.
Apa yang saya lakukan ini tentu belum memberi dampak besar. Namun bila dilakukan secara konsisten, mampu mengajak banyak orang untuk turut berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik, insya Allah akan ada manfaatnya juga bagi bumi kita semata wayang ini.

Komentar

Postingan Populer