(Resume Kulwap) Komunikasi Efektif dan Bermakna kepada Balita

πŸ“ *Resume kulwap grup Arsitek Peradaban*

πŸ‘§πŸ‘¦ *Komunikasi Efektif dan Bermakna kepada Balita* πŸ‘§πŸ‘¦

πŸ“… Rabu, 26 April 2017

🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈🎈

‬Biodata narasumber
•Nama lengkap : Ayu Kinanti Dewi, S.Psi
•Domisili: Jogja
•Nama suami: Satriyo

•Nama anak/usia:
Rayyis Delshadi 5y
Aljibra Yasin 17m

•Aktivitas:
🌹Ibu rumah tangga
🌹Parenting Blogger ayahbundabelajar.com
🌹Pengurus Komunitas HSMN (Homeschooling Muslim Nusantara) Jogja

•FB/IG : Ayu Kinanti Dewi / @ayu_kinanti

•Buku: Ibu Sang Manusia Pembelajar (2015)

•Riwayat pendidikan :
S1 Psikologi UGM (2003)

•Riwayat pekerjaan :
🌹Relawan Psikologi RS Sarjito (2006)
🌹Surveyor Psikologi (2007)
🌹Terapis Anak & Educator  Mathemagics (2007-2008)
🌹Owner & HRD medogh.com (2009-sekarang)
🌹Tim Parenting Class Bianglala Daycare (2015)

•Riwayat organisasi :
🌹Kadiv. Acara (2004-2005)
🌹Kadiv. Litbang (2005-2006)
Nuansa Creative & Natural School Psikologi UGM

• Pernah berkontribusi untuk Event:
🌹Pengisi Materi - Seminar "Being Creative Parents for Happier Children" - Nuansa Psikologi UGM (2016)
🌹 Pengisi Materi - Sisterhood Sharing "Stress Management di bulan Ramadhan"-Gamatechno (2016)
🌹Guide/Moderator -  Nonton Bareng & Diskusi Film "The Beginning of Life" - Ingkung Kuali Tamsis (2016)
🌹 Konselor - Stand ECCDRC Mom & Kid Festival JEC (2016)

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

❄ *Materi Kulwap Grup Arsitek Peradaban*❄

πŸ‘§πŸ‘¦*Komunikasi Efektif dan Bermakna kepada Balita*πŸ‘§πŸ‘¦

(Bagian 1)

*Cenderung seperti apa Gaya Komunikasi kita?*

Atau kita dulu seringnya dikomunikasikan dg cara seperti apa?

Bismillah. *tarik nafas dulu* ☺

Berikut ini adalah *14 gaya komunikasi populer* (saya rangkum dari berbagai Seminar ibu Elly Risman) yg sebetulnya menjadi Penghalang Komunikasi kita dg anak.

Apa pesan yg ditangkap anak jika kita berkomunikasi dg gaya2 ini?

1. Jika kita *Memerintah* (no discussion, no bargaining) anak :
-  merasa dipaksa
- merasa seperti robot
- merasa tdk perlu punya inisiatif

2. Jika kita *Menyalahkan* ("Kamu sih kayak gitu!") anak :
- merasa bersalah
- merasa/berpikir kalau dirinya jahat(tdk baik)
- merasa ragu2/tdk PD/takut salah

3. Jika kita *Meremehkan* ("Gitu aja ga bisa sih Nak!) anak :
- merasa tdk mampu
- merasa tdk normal (ada yg salah pada dirinya)
- merasa lemah

4. Jika kita *Membandingkan* anak :
- merasa tdk diterima apa adanya
- merasa minder/rendah diri

5. Jika kita *Melabel/MenCap* ("Kamu tu keras kepala!") anak :
- merasa dirinya memang spt yg orangtuanya katakan (contoh : Bodoh, Nakal), anak jd bersikap pasrah/defensif.

6. Jika kita *Mengancam* ("Awas ya, kalo ga nurut, Bunda tinggal!") anak :
- merasa takut
- merasa diatur
-merasa dipaksa
- di satu titik justru membuat mereka membantah/melawan.

7. Jika kita *Menasehati/menceramahi* anak :
- merasa tdk dipercaya utk menyelesaikan masalahnya sendiri
- merasa bhw orangtua lah yang paling tahu segalanya
- merasa bosan (masuk telinga kanan, keluar telinga kiri)

8. Jika kita *Membohongi* anak :
- merasa tdk dpt dimengerti perasaannya, atau
- merasa jika perasaannya tdk diperhitungkan

9. Jika kita *Menghibur* ("Ga apa2,ga perlu bersedih ya...") anak  :
- merasa bahwa orangtua tdk perduli perasaannya (menidakkan perasaannya)

10. Jika kita *Mengkritik* anak :
- merasa frustasi,
Krn semua yg dikerjakan/dilakukannya selalu salah/kurang di mata orangtuanya
- merasa dihakimi

11. Jika kita *Menyindir* anak :
- merasa dijatuhkan harga dirinya
- tersakiti hati/perasaannya

12. Jika kita *Menganalisa* ("Kakak jatuh lagi. Mmh, mesti tadi ngelamun deh..") anak :
- merasa diadili
- merasa diintrogasi (terutama pada remaja malah semakin menjauhkan ortu dg anak)
- tidak mencari solusi atas masalahnya

13. Jika kita *Menyuap* ("Jangan nangis ya, nanti Bunda beliin eskrim..) anak:
- anak akan berperilaku yg sama utk dapat "es krim"
- bermental "penyuap"

14. Jika kita *(langsung) Memberi Solusi* ("udah kamu tidur aja, Bunda yg beresin mainanny) anak:
- menjadi pribadi manja, dependen sekali pd org lain dan alat2
- tidak kreatif mencari solusi

Dari ke-14 gaya ini ada 2 gaya yaitu: *Melabel & Mengancam*
Yg menurut Dr. Taufik Pasiak bisa menyebabkan anak mengalami Schizophrenia (gangguan jiwa) di kemudian hari. Karena itu mari berhati2 dg perkataan kita, karena akan *membentuk karakter anak* & *berpengaruh pada masa depannya*.

(Bagian 2)

Sebagian besar waktu dari hidup kita dihabiskan untuk berkomunikasi. Begitu juga sebagian besar aktivitas pengasuhan adalah berkomunikasi : mengajari, memohon, menasihati, memotivasi. Maka, kemampuan komunikasi yang efektif & bermakna penting sekali. Unfortunately ya Bunda sekalian, kita bersekolah belasan tahun tidak disiapkan menjadi orang tua dengan segala kompleksitas pengetahuan pemahaman & skill yang seharusnya dikuasai. Untuk itu mari kita belajar dengan sungguh2. Siap? 😊

Setelah membaca materi yang pertama mengenai *gaya komunikasi populer* mungkin Bunda2 sekalian bertanya2: "Lalu komunikasi yang benar itu bagaimana?" 😳

Komunikasi yang efektif & bermakna itu yang bagaimana sih?
Tentu bila pesan dari kita tersampaikan ke anak dan mengandung pengajaran baginya.

Nah selama ini, cara berkomunikasi kita apakah sudah memenuhi kriteria di atas? Jika belum, apa yang salah ya?

Sebelum beranjak ke Tips Praktis & Langkah Komunikasi yang efektif, yuk ketahui & pahami dulu bahwa:

1. Kualitas komunikasi sebagian besar ditentukan oleh kualitas hubungan atau yg kita kenal sebagai *bonding*. Kalau bonding kuat, komunikasi akan berjalan lebih efektif.

2. Komunikasi bukan hal yg situasional apalagi insidental. Komunikasi adalah serangkaian proses, turunan2 dari visi misi pengasuhan kita. Kita ingin anak dengan kualitas karakter apa? Misalnya santun, mari cek:
- apakah kita sudah jadi teladan orang yang santun?
- apakah perkataan2 kita ke anak lembut & santun?
- apakah informasi yang masuk ke diri anak (buku, video, lingkungan, dll) sudah berisikan nilai-nilai kesantunan?

3. Komunikasi tidak mungkin berjalan efektif jika kita tidak mengetahui di tahap mana perkembangan anak, dalam hal ini balita.

Bagaimana ciri khas balita dengan otaknya yang masih developing, belum bersambungan, Prefrontal cortex (otak moral & perencanaan) belum berkembang dg seluruhnya?

- eksploratif, suka bereksprerimen, suka mencoba hal2 baru, messy, berantakan
- logikanya belum jalan, belum bisa membedakan benar & salah
- belum bisa berpikir abstrak, penjelasan harus konkrit
- imajinatif
- otak emosinya yang sedang berkembang, karena itu pengelolaan emosi memang seharusnya jadi salah satu fokus pengasuhan. Dan kondisi emosinya amat bergantung dg kondisi fisiknya.

4. Cara kita berkomunikasi akan membentuk perilaku anak, berpengaruh pada kepribadian, pada masa depannya.

5. Luruskan mindset kita tentang anak. Yakinlah Bu, bahwa tiap anak unik, tiap anak punya potensi istimewa yang sudah digariskan oleh Allah, syukuri, jangan pernah membandingkan.

Tips & Langkah Komunikasi Efektif & Bermakna:

1. Biasakan untuk melakukan Debriefing/memberi pijakan awal kepada buah hati supaya anak siap, tidak kaget, memiliki gambaran yang akan. Misalnya jika besok kita akan mengajaknya berkunjung ke rumah kerabat, maka malam sebelumnya jelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan itu: akan bertemu dg siapa, apa kegiatannya, harus bersikap bagaimana, dll.

2. Buat kesepakatan bersama sebelum melakukan suatu aktivitas sehingga jika anak bertingkah, kita tinggal konsisten saja pada kesepakatan.

3. Gunakan suara yang lembut, rendahkan intonasi (contohnya ala AA Gym yang tenang & kalem☺)

4. Setarakan posisi tubuh dengan anak, dekati jangan berkomunikasi dengan berjarak, tatap matanya.

5. Untuk mengkomunikasikan hak yang lebih penting anak bisa sambil dipangku, dipeluk, atau digenggam tangannya. Ingat bahwa balita (& anak secara umum) masih sangat butuh kehangatan fisik. Hal ini menguatkan bonding.

6. Bangun dialog hangat dari hati ke hati. Refleksikan perasaannya kemudian bertanya: "Oh Kakak merasa sedih ya mainannya direbut. Terus gimana baiknya ya?"

7. Mendengarkan yang tidak diutarakan dg membaca bahasa tubuhnya.

8. Puji anak dengan ekspresif (tidak mengapa agak _lebay_) ketika anak melakukan hal baik, agar berkesan di hati anak (jadi jangan justru hal negatif yg kita ekspresif ya Bu 😁)

9. Tahan untuk mengomel & marah-marah. Simpan kemarahan untuk hal yg amat sangat penting sehingga anak paham, nilai-nilai mana yg harus ia utamakan.

10. Gunakan entry point yang paling anak sukai untuk mempengaruhi/membujuk anak. Karena itu kita *harus mengenal anak dengan baik*. Misalnya lewat tokoh kesukaannya, lewat *buku cerita & berkisah*, atau dengan *sebelumnya bermain/menyelipkan pesan lewat bermain/roleplay* : "Kakak, Pak Tentara itu suka makan buah & sayur loh. Makanya badannya sehat & kuat. Mau 'kan seperti Pak Tentara?"

Pengetahuan kita ini tentu tidak akan efektif jika saat berkomunikasi kita belum dalam kondisi *TENANG*. Karena itu salah satu prasyarat sebelum berkomunisi juga adalah *meluruskan niat* untuk kebaikan anak. Misal meminta anak tidur siang supaya badannya segar bukan supaya emaknya bisa ME-TIME πŸ™ˆ. Supaya anak tidak menangkap mix messages yang membuatnya bingung & akhirnya pesan tidak sampai.

Jadi mengupayakan komunikasi yang efektif & bermakna ini jelas tidak lepas dari bagaimana pengelolaan waktu, prioritas aktivitas, & energi yang berujung pada kestabilan emosi.

*tarik nafas lagi* ☺

Begitu kiranya yang bisa sampaikan terkait tema Kulwap kali ini. Semoga bisa membawa manfaat. Terima kasih

Semoga Allah senantiasa memberi kita petunjuk πŸ’•πŸ’

_disusun oleh: Ayu Kinanti Dewi_

〰〰〰〰〰〰〰〰〰
FP FB: @KomunitasArsitekPeradaban

❓❓Tanya jawabπŸ“

1⃣Assalamualaikum wr wb Mba Ayu, saya Riska Riandita. Saya memiliki 2 orang anak, yg pertama laki laki usia 3,5thn dan yang kedua perempuan usia 15 bulan. Metode komunikasi saya ke anak itu cenderung lebih seperti ke teman (suka menyelipkan bahasa anak muda / gaul) jadi lebih santai dan tidak kaku. Tetapi kedua anak saya terlihat tidak ada masalah dengan itu dan tetap sopan saat berinteraksi dengan yang lebih tua. Yang ingin saya tanyakan, apakah metode komunikasi seperti itu tidak apa apa? Apakah akan membentuk pribadi yang negatif nantinya? Terima kasih

Riska_Cinere Depok_AP1

πŸ“Alaykumussalam warahmatullah wabarakaatuh..

Salam kenal Bunda Riska πŸ™☺

Selama tidak dg cara seperti 14 gaya komunikasi populer itu insya Allah tidak berpengaruh besar ke kepribadiannya
Yg penting tetap kita perhatikan aspek kesantunan ✅

2⃣assalamualaikum, anak saya usia 2 th 9bln, saya mau tanya, anak saya sering sekali menangis, bila minta sesuatu seperti mengajak bermain atau minta sesuatu dan saya menundanya sebentar, serta kalo saya dan suami menasehati walaupun dengan nada yg rendah dan bicara baik2 itu dia mudah menangis, hingga saya terkadang merasa kurang sabar menghadapinya, bagaimana solusinya? apakah ini karna cara pengasuhan dan komunikasi saya yg salah?

ulfah_tuban_AP3

πŸ“ Dear Bunda Ulfah, salam kenal ☺πŸ™
Pertama2 yg perlu dipahami adalah Usia 2-4 tahun memang sedang hangat2nya fase mengelola emosi karena bagian otak yg berkembang pesat sampai usia 7 tahun adalah sisten limbik (emosi/perasaan), jadi anak bisa begitu emosional (tantrum) utk alasan2 sederhana, karena memang belum dibekali ketrampilan mengelola emosi. Menamai emosinya sebagai marah, sedih, atau kesal saja belum bisa. Jadi dengan bersikap tidak sabar pada anak justru akan membuat anak makin frustrasi, karena anak butuh pertolongan untuk mengelola kekesalan/kekecewaannya.

Fase ini akan terlewati dg baik jika penanganannya tepat. Seperti yg saya sampaikan dimateri, terapkan debriefing & kesepakatan utk aktivitas2 yg paling sering membuatnya menangis. Misal untuk bermain, sepakati kapan waktu bermainnya dg ayah bunda, sehingga sebelum jam itu anak harus bersabar. Jika tantrum tetap terjadi, lakukan langkah seperti yg pernah sy share disini :
http://ayahbundabelajar.com/tantrum-oh-tantrum-mendampingi-balita-saat-mengamuk/


3⃣ Trimakasih atas materi yang diberika bu .. saya mau bertanya Apakah gaya komunikasi yang salah dan kemampuan ibu berkomunikasi berpengaruh terhadap keterlambatan bicara anak .. kalau anaknya belum lancar bicara bagaimana gaya komunikasi yang efektif tanpa harus memerintah atau mendikte .. trimakasih

Ratri_jombang_AP3

πŸ“Dear Bunda Ratri, salam kenal ☺πŸ™
Betul Bu, salah dua penyebab speech delay adalah ketidaktepatan komunikasi (biasanya yg menimbulkan perasaan negatif di anak: membentak, berteriak, sehingga anak enggan utk bicara lagi)  & kurang kayanya stimulus dari lingkungan.

Ada banyak cara komunikasi yg menyenangkan:

- ajak anak mengobrol seperti sahabat, jelaskan aktivitas kita, ceritakan berbagai hal yang ada di ruangan misalnya, misalnya sambil di ajak jalan2 pagi, sambil memasak, dll.

- ajak anak bermain roleplaying (berpura2) yang mengandung beberapa pergantian peran. Misal dengan boneka jari atau boneka tangan

- bacakan banyak buku bergizi (contentnya mendidik) setiap harinya

- diet TV & gadget

- biarkan anak merasakan berbagai stimulus yg kaya supaya pengindraannya terangsang dg baik. Misal bermain jelly/kinetic sand, berjalan dibatu2,dll.✅

4⃣ Assalamualaikum mba..
Bagaimana cara memberitau pada anak bila anak berbuat salah dan menangis,agar tidak membuat anak menjadi besar kepala, dikenakan ibu/ayahnya menaggap dia anak kesayangan /anak pintar. biasa kita para ibu2 cenderung memanjakkan anak (memuji-muji) anak agar lekas berhenti nagisnya. Seperti :"cup..cup anak pinter/sayang"
Terima kasih

Yanti_cengkareng_AP3

πŸ“ Alaykumussalam warahmatullah Bunda Yanti ☺πŸ™

Cara merespon anak ketika menangis adalah dengan merefleksikan perasaannya/apa yang terjadi, kemudian bertanya (jika anak sudah bisa bicara), & berikan closing.
Misal anak menangis karena terjatuh:
"Oh adek jatuh, kaget ya. Cup, cup, oh ya adek kaget... (Refleksi) Wah kenapa ya kok bisa jatuh? Oh licin ni lantainya belum dipel. Yuk yuk, kita lap dulu... (Dialog) Berarti besok2 supaya tidak jatuh bagaimana? Lebih hati2... Lewat di lantai yg kering ya.... Kalo lantainya basah kita lap dulu...(closing)"

Terkadang ibu2 panik duluan ketika anak menangis & cenderung tergesa ingin anak berhenti menangis jadi kurang bisa berpikir jernih. Padahal tangis juga adalah cara anak berkomunikasi juga bentuk penyaluran emosinya yg tidak bisa dipaksakan utk dihentikan, tetapi pelan2 dg tenang kita arahkan supaya berbicara dg baik bukan menangis/merengek.✅

5⃣ Assalamualaikum, mau bertanya bagaimana berkomunikasi dengan anak yang cenderung memiliki sifat keras kepala agar tidak memanjakan jika kita turuti keinginannya trus atau tantrum setelah kita larang keinginannya yang tidak sesuai?
Dan Bagaimana komunikasi anak yg efektif ketika balita sedang tantrum?
Trimakasih

Nisa_lampung_AP3

πŸ“ Alaykumussalam warahmatullah Bunda Nisa ☺πŸ™

Bunda sekalian, mari yuk kita budayakan untuk melabel dg positif. Anak kita bukannya keras kepala, tetapi berkemauan kuat. Kelak jika diarahkan dg tepat bisa loh jadi negosiator handal 😊

Seperti yg sampaikan pada penanya 1⃣, Bunda Ulfah. Berikan debriefing & buat dulu kesepakatan, ini nilai2 turunan ya Bu dari visi misi pengasuhan yang sudah kita sepakati dg Ayah. Sehingga jika anak tantrum kita tinggal mengingatkan pada apa yg disepakati. Perlahan tapi pasti badai tantrum akan berlalu, anak akan semakin matang emosinya dan bisa konsekuen menjalani aturan.

Penanganan tantrum, silakan cermati tulisan saya disini: http://ayahbundabelajar.com/tantrum-oh-tantrum-mendampingi-balita-saat-mengamuk/


6⃣ Assalamu'alaikum..
Bunda..dalam materi dijelaskan tips komunikasi yg baik dengan anak salah satunya dg memberi pujian.
Yg ingin saya tanyakan ..anak saya (5th) senang sekali kalau habis melakukan sesuatu terus dipuji..tp seperti jadi sesuatu yg kurang jika si anak sudah bisa melakukan sesuatu tapi tidak dipuji
Misal si kaka mau mandi sendiri..biasa dipuji..kaka pintar ya bisa mandi sendiri..trus kalau habis mandi sendiri tidak  dapat pujian nanya.."biasanya kalau kaka mandi sendiri Abi acungin jempol?"

Efa Sofia_Karawang_AP3

πŸ“ Alaykumussalam warahmatullah Bunda Efa☺πŸ™

Anak usia dini memang senang dipuji Bu... Dan memang sebaiknya kita lakukan agar anak bisa membedakan, perilaku mana yg diharapkan untuk dia lakukan.
Nah, memuji juga ada caranya Bu :
- Spesifik kepada perilaku yg sudah berhasil ia lakukan: "Wah, Kakak sudah bisa menggosok punggung sendiri ya saat mandi. Masya Allah"
- Memuji usahanya, jadi kita fokus juga pada proses bukan hanya hasil, untuk menjaga gairah usahanya: "Kakak masya Allah ya sudah berusaha mandi sendiri...!"

Ada beberapa kemungkinan penyebab anak jadi pengennya dipuji terus:

1. Kita lupa menanamkan REASON, why, mengapa, apa manfaatnya berbuat kebaikan dalam hal ini mandi. Penanaman ini muaranya seharusnya adalah visi misi pengasuhan untuk mendidik pribadi yg taat kepada Tuhan, orientasi hidup untuk ibadah. Dan ini tidak hanya situasional, ini berkelanjutan.

Jadi programkan Bu untuk menanamkan nilai2 yg mendasari pentingnya mandi:
- sampaikan berulang2 bahwa Allah menyukai hamba2Nya yang cinta kebersihan termasuk mandi
- bacakan buku/dongeng tentang anak yg mandi sendiri
- bersama2 mencari tahu tentang kuman2 yg bisa menempel di badan jika tidak mandi dll

2. Komunikasi Ayah/Bunda dirasakan anak hanya menyenangkan & hangat ketika memuji saja. Disini ya, yang perlu dievaluasi bersama dg Ayah. ✅

7⃣ Bagaimana cara komunikasi yg efektif agar anak mendengarkan,
Anak saya usia 3thn.. Sangat suka bercanda, aktif dan penasaran dengan sesuatu. Bagaimana cara komunikasi saat kita melarang untuk melakukan hal2 yg menurut kami bahaya, justru si anak malah menanggapi dengan candaan dan melakukannya terus agar diperhatikan dan dimarahi.. Padahal saat memberikan larangan kami pakai wajah serius πŸ˜…

Nesti_manggar_AP2

πŸ“ Salam kenal Bunda Nesti ☺πŸ™

Begini Bunda, seperti yg sy sampaikan sebelumnya di materi. Komunikasi itu tidak hanya situasional saat perilaku terjadi, tetapi serangkaian proses. Karena itu lakukan antisipasi sebelum perilaku membahayakan dirinya muncul. Bacakan buku atau perlihatkan video singkat dg pendampingan mengapa harus berhati2. Lalu buatlah kesepakatan dg anak & sama2 taati.
Nah jika memang sudah menyadari bahwa anak justru melakukan hal2 itu untuk menarik perhatian, berarti perlu dievaluasi apakah perhatian yg diberikan ke anak selama ini menurut anak sudah cukup?
Untuk anak usia dini perhatian buat mereka adalah menghabiskan waktu bersama2 tanpa interupsi entah itu bermain bersama (bukan menemani main, tapi ikut main) atau membaca buku yg asik & edukatif sama2.✅

8⃣ Anak saya usia 2,5th sekarang sedang senang-senangnya bermain bersama teman, dari minat sosialnya itu ada beberapa pengaruh negatif yang di dapat yaitu tutur kata jadi kurang santun dan sikap terhadap orang lain/teman jadi lebih streng dan sering merebut mainan yg disukai baik miliknya atau milik temannya.
Sampai sekarang saya belum berhasil memberikn sugesti positif agar bisa merubah sikapnya.
Apa yg harus saya lakukan bunda? Trimakasih☺πŸ‘

Zuanis Fatmawati_Surabaya_AP2

πŸ“ Salam kenal Bunda Zuanis ☺πŸ™

Menurut salah satu tokoh pendidikan, Sampai usia 5 tahun sebenarnya anak masih butuh sekali dekat dg Ayah Bunda. Pengaruh keluarga 60%, lingkungan 20%, sekolah 20%. Jika pengaruh lingkungan (teman bermain) masih terasa besar artinya porsi Ayah Bunda belum sampai 60% dalam menjalankan perannya.

Tentu jd bahan renungan buat saya pribadi juga ya Bunda 😷

Bagian Otak anak yg bisa membedakan benar atau salah (Prefrontal Cortex) belum berkembang scr sempurna, karena itu anak dibawah 7 tahun memang cenderung copas terhadap apapun perilaku & perkataan yg terpapar pdnya.

Sehingga, sebaiknya kita yang harus memegang kontrol, anak kita pilihkan teman2 & lingkungan yg baik, sedapat mungkib dihindarkan dr lingkungan yg saat ini memberi pengaruh negatif.

Seandainya sudah terlanjur, kita yg perlu ekstra memberi pemaknaan, seperti yg sy sampaikan di atas, nasihati anak dg buku cerita & bermain peran. Dan above all that, tanamkan kecintaan pd Tuhan-nya. Bahwa Allah yang Maha Pengasih & Penyayang tidak suka dg perkataan yg kasar, Allah sayang dg anak yg lemah lembut. Dan ini berulang2 ya Bunda.... Terus menerus kita tanamkan dg kehangatan. ✅

9⃣ Assalamu'alaikum mba ayu.
Adakah efekny jika kita memaksa anak untuk kebaikan? (1,5 tahun)
Misalnya pada waktunya mandi di ajak mandi gak mau masih pingin main, di ajak pelan gak mau, di iming2n mandi sambil main gak ngefek. Udh berbagai bujuk rayu gak mau akhirnya saya gendong ke kamar mandi sambil di bujuk2 nunjukin ini itu d kamar mandi biar mau mandi.
Lama klamaan si anak pasrah sih mandi juga, atau yang di tunjuk di kamar mandi mengalihkn perhatian jadi mau mandi.
Contoh lain. Pakai atau lepas baju, kadang suka nolak pakai/lepas baju tapi karena di paksa aja kadung bajuny udah dipakai/terlepas ya udah si anak pasrah dan lanjutin aktifitas yang di inginknnya.
Maksud saya, ngefek gak ya ke prilaku/sifatnya kelak cara 'paksa' tadi mba walaupun maksanya itu tetap pakai kelembutan seorang ibu gak pake bentakan dll.
Atau bagaimana ya komunikasi yang lebih baik.
Terimakasih mba ayu 😘😘

Reza_Medan_AP2

πŸ“ Alaykumussalam warahmatullah Bunda Reza. Salam kenal☺πŸ™

Bu, mungkin perlu dicari tahu dulu, penyebab anak enggan untuk mandi atau pakai baju. Mungkinkah masih asik bermain lalu diajak mandi?
Jika iya berarti bisa pakai sistem waktu (walaupun anak belum mengerti dibiasakan saja): "Nak, 10 menit lagi mandi yaa... 10 menit pesawat akan bawa Kakak ke kapaal..."
Selama kita tidak melakukannya dengan emosi negatif & anak juga merespon dg baik insya Allah tidak menimbulkan trauma.✅

πŸ”Ÿ Saya working mom yg terbiasa mengurus anak sendiri, dalam artian anak2 lebih bergantung ke saya daripada suami, baik selepas kerja maupun weekend.
Anak pertama saya (4yo) termasuk anak yang emosional, mudah tersulut amarahnya jika menurutnya ada yang tidak sesuai. Misal dia mau main "ini" dengan si A, tapi si A maunya main "itu". Dia akan langsung marah2 dan pergi, walaupun sebentar kemudian mereda dan main bareng lagi.
Apakah masih bisa saya "memperbaiki emosi" anak saya agar lebih terkontrol amarahnya? Apa yang harus saya lakukan??
Sebagai tambahan, saya suka menyindir anak (atau jgn2 termasuk mengancam? 😒)  jika dia mulai bertingkah, "yaudah kalau tidak mau tidur siang, main aja sana diluar", atau "yaudah bukunya bunda kasih orang aja kalo gak mau diberesin lagi". Terimakasih

H_Banten_AP2

πŸ“ Salam kenal dari Jogja, Bunda H di Banten ☺πŸ™

Masih sangat bisa Bu untuk membantunya mengelola emosi. Karena memang usia ini otak emosinya yang sedang berkembang.

Langkah yg bisa dilakukan sebaiknya bersifat antisipatif sebelum perilaku marahnya muncul:

1. Dalam suasana TENANG, Lakukan dialog bermakna, tanya bagaimana perasaanya ketika ada yg tidak sesuai harapannya
2. Hargai perasaannya, berterimakasih pd anak sudah mau menceritakan perasaannya pada kita
3. Pelan2 nasihati bahwa bermain dg menyenangkan tidak marah2 itu lbh asik
4. Buat kesepakatan bersama bagaimana supaya bisa bermain dg asik, minta pendapat anak, hargai
5. Lain waktu Bacakan buku yg mengajarkan nilai yg sama

Sepertinya pernyataan Bunda lebih ke 'mengancam' ya. Efek dari mengancam itu anak jadi deadliners Bun... Enggan melakukan sesuatu kalau tidak kepepet ☺
Arahkan komunikasi lebih kepada REASON, why, kenapa harus melakukan sesuatu.✅

1⃣1⃣ Mbak.. karena anak saya special need dengan diagnosa Autism ADHD. Bagaimana cara mengkomunikasikan 2 arah. Secara atensi anak saya sering terdistruck jika diberikan arahan, perintah, dll . Adakah trik berkomunikasi dengan anak special seperti itu.

FATHIR_TANGERANG_AP2

πŸ“ Salam kenal Bunda Fathir ☺πŸ™
Mohon maaf untuk anak2 berkebutuhan khusus saya kurang mendalami. Takut salah jawab. Silakan japri ke saya Bunda 081949106555 untuk saya rekomendasikan ke rekan yg sekiranya bisa membantu.✅

1⃣2⃣ ananda fatimah usia 6th, bila membuat kesepakatan, sering mengingkari,, misalkan berjanji setelah di temani main ke taman akan mau belajar membaca bersama, bila di beli es krim berjanji tdk mengganggu adiknya, sering kali janji tinggal janji apa yg bisa saya lakukan sebagai orgtua, saya takut kalau di biarkan akan menjadi pribadi yg apabila berjanji dia mengingkari,

Vebrina_Perancis_AP1

πŸ“ Salam kenal Bunda Vebrina nun jauh di Perancis ☺πŸ™

Mohon maaf Bunda, sepertinya kesepakatan yg Bunda lakukan lebih ke 'menyuap' πŸ™
Sebaiknya Kakak melakukan sesuatu hal dulu baru melakukan hal menyenangkan yg disepakati.
Supaya anak terbiasa menepati janji, berbuat baik, sampaikan nilai yg tertinggi Bunda... bahwa orang yg menepati janji akan dapat balasan dari Tuhan. Salah satu yg akan menempati surga. Lagi2 ini soal penanaman nilai yg perlu terus berkelanjutan dg cara yg tepat, terutama soal mengenalkan konsep bahwa Allah itu Maha Pengasih, dan Penyayang pd hamba2Nya yg sholihah..

Di rumah saya menerapkan ta'lim/halaqah setelah maghrib, bunda. Jadi kami baca kitab Hadits yg berisi fadhilah2 amal sholih, juga sy berkisah tentang siroh Rasulullah & Sahabat. Alhamdulillah, lebih mudah menasehati anak... Karena anak inginnya menuruti Tuhannya.. Ingin dapat balasanNya, ingin masuk surgaNya. Mungkin bisa diterapkan juga di rumah 😊

Pertanyaan selanjutnya, anak akan lebih labil emosinya jika kondisi fisiknya terganggu, misal: kepanasan, sakit, termasuk terlalu banyak konsumsi terigu & gula✅

1⃣3⃣ Assalamualaikum. Materinya pas sekali, tentang komunikasi ini memang sedang saya khawatirkan sekali. Kebetulan anak saya usia 3,5 tahun jika merasa disalahkan/dilarang akan langsung menangis kejer saat itu juga. Ditambah sepertinya sedang masanya tidak mau mengikuti peraturan orang tua. Sampai saat ini saya belum menemukan penyebab utamanya. Bagaimana menurut ibu, bagaimana mencegahnya, bagaimana membuatnya menjadi lebih pemberani?
Terima kasih Ibu Ayu.
Terkait isi materi, bisa diuraikan hubungan kondisi emosi dengan kondisi fisik, serta stimulasi tepat seperti apa yg berhubungan dengan pengelolaan emosi untuk anak balita?

syifa _ Sulbar_AP1

πŸ“ Salam kenal Bunda Syifa ☺πŸ™

Hubungan fisik & emosi: anak akan lebih labil emosinya jika kondisi fisiknya terganggu, misal: kepanasan, sakit, termasuk terlalu banyak konsumsi terigu & gula.

Karena itu perlu kita kelola, kegiatan anak supaya tidak terlalu letih, juga pola makannya prbanyak sayur & buah
Anak umur 3.5 tahun memang sdg hangatnya fase pengelolaaan emosi. Egonya juga sedang berkembang. Untuk penanganan tantrum sy sudah berikan step2 di link di atas ya Bunda..

Yg πŸ‘†juga mudah dipahami stepnga
Paling mudah mempengaruhi jiwa anak adalah dengan kisah2 Bunda...
Bacakan kisah2 keberanian.. Utamakan yg real.. Lebih baik lg jika Ayah turut serta. Krn sosok Ayah menguatkan jiwa✅

1⃣4⃣ Assalamualaikum

Saya ibu dari 2 anak (5y11m  dan 19mo), apapun yg dipakai kakaknya baik mainan ataupun ATK seringkali direbut oleh adiknya, sebenarnya dari awal si kakak paham saja bahwa dia "dituntut" mengalah, tp semakin kesini si kakak mulai memberikan "perlawanan" kepada si adik apalagi kalau si adik sudah mulai "kdrt" sama si kakak πŸ˜…, dan yg terjadi pastilah tangis2an dan teriakan2 πŸ˜ƒ

Saya bener2 bingung mba, komunikasi yg seperti apa yang seharusnya saya lakukan, saya tidak mau terkesan si kakak lah yg harus selalu mengalah, tp dengan usia adiknya yang baru segitu dia kan juga belum bisa membedakan salah benar, egosentrisnya juga sangat tinggi ... mohon pencerahannya ya mba ☺

eka_Kotabaru kalsel_AP1

πŸ“ Salam kenal Bunda Eka ☺πŸ™

Wah ini bahasannya sudah mulai ke Sibling Rivalry ya Bunda.

Kunci kerukunan kakak-adik adalah di *kakak*. Si Kakak ini 'tangki cinta'-nya harus selalu full.. Harus selalu merasa disayangi & tetap nomer 'satu'. Sedapat mungkin jangan diminta untuk mengalah... Jika Kakak sudah fulfilled, otomatis akan mengalah pd adik

Langkah yg bisa dilakukan:
1. Pastikan si Kakak cukup perhatian, dan tetap dipeluk dicium dipangku layaknya adik bayi. Anak usia dini masih sangat butuh kehangatan fisik
2. Ngedate berdua dg si Kakak. Bicara dari hati ke hati tentang bagaimana perasaannya ke adik, Ayah, Bunda. Apa harapannya untuk keluarga. Lalu Buatlah kesepakatan dg si Kakak, tentunya juga dg bagaimana harus bersikap ke adik
- puji dg tulus & ekspresif ketika si Kakak menunjukkan perilaku sayang adik
- panggil dg panggilan kesayangan yg menunjukkan membanggakannya jadi kakak: "terima kasih ya.. Mas yg baik hati & sayang pada adik..."
- terus sampaikan bahwa adik itu sayang & butuh kakaknya... Jadi si Kakak merasa perannya penting ✅

1⃣5⃣ Assalamualaikum
Saya mau bertanya
Saya mempunyai 2 org anak perempuan 7 th dan laki-laki 4 th. Mereka sepertinya saling bersaing dan selalu ingin di dahulukan. Ketika si kakak hendak bertanya atau berbagi cerita kepada saya atau ayahnya sang adik selalu ingin ikut bicara dan harus di dengar terlebih dahulu, sehingga si kakak harus mengalah jika tdk dituruti si dede pasti marah dan menangis. Kadang saya terpaksa meminta kakak untuk mengalah, 1 atau 2 x si kakak mengerti tapi ada kalanya si kakak yg menangis kerana merasa di no 2 kan. Bagaimana sebaiknya saya bersikap?terimakasih atas waktu dan jawabannya

Halimah _ Pontianak_AP1

πŸ“ Alaykumussalam warahmatullah wabarakaatuh Bunda Halimah ☺πŸ™πŸ»

Pertanyaannya kira2 sama dg pertanyaan Bunda Eka ya...

Konflik kakak adik adalah masalah klasik, jadi pasti terjadi Bunda. Yg penting kita siap & punya konsep. Sy sampaikan ulang ya.

Kunci kerukunan kakak-adik adalah di *kakak*. Si Kakak ini 'tangki cinta'-nya harus selalu full.. Harus selalu merasa disayangi & tetap nomer 'satu'. Sedapat mungkin jangan diminta untuk mengalah... Jika Kakak sudah fulfilled, otomatis akan mengalah pd adik

Langkah yg bisa dilakukan:
1. Pastikan si Kakak cukup perhatian, dan tetap dipeluk dicium dipangku layaknya adik bayi. Anak usia dini masih sangat butuh kehangatan fisik
2. Ngedate berdua dg si Kakak. Bicara dari hati ke hati tentang bagaimana perasaannya ke adik, Ayah, Bunda. Apa harapannya untuk keluarga. Lalu Buatlah kesepakatan dg si Kakak, tentunya juga dg bagaimana harus bersikap ke adik. Karena adik sudah agak besar, bisa juga dilibatkan dalam pembuatan kesepakatan.
3. puji dg tulus & ekspresif ketika si Kakak menunjukkan perilaku sayang adik
4. panggil dg panggilan kesayangan yg menunjukkan membanggakannya jadi kakak: "terima kasih ya.. Mas yg baik hati & sayang pada adik..."
5. terus sampaikan bahwa adik itu sayang & butuh kakaknya... Jadi si Kakak merasa perannya penting✅

🌷 *Spesial Quotes* 🌷

Kita tidak perlu jadi ahli parenting, cukup jadi *ahli akan anak2 kita*

Kenali mereka dengan sebaik2nya : buatlah catatan detil, observasi mereka saat bermain bersama, bangun dialog mendalam dari hati ke hati.

Jaga kehangatan dg anak, maka ini akan jadi kunci komunikasi.

Jangan lupa untuk mendekatkan diri, mepet ke Allah, yg menggenggam hati anak2 kita.. Supaya Allah memberkahi kata2 yg keluar dari mulut kita saat menasihati.

Untuk jadi arsitek peradaban yg handal, maka sempatkan ya bu pelajari: brain architecture yg saya ambil dari postingan YKBHnya Ibu  Elly dibawah ini. Agar lebih mudah memahami anak, sehingga lebih tepat berkomunikasi.

〰〰〰〰〰〰〰〰〰
FP FB: @KomunitasArsitekPeradaban

Komentar

Postingan Populer