Berkarya dari Rumah

Nggak ada yang bener di mata orang. Yang working mom (WM) dibilang mentingin ego, lebih memilih karir, anak kok dititip-titipin, dll. Yang stay at home mom (SAHM) dibilang sarjana kok cuma momong, bisanya nyadong duit suami, nggak berkarya, dll. hiks. Sedih ya. Perang tiada akhir. Gampang banget nyinyirin orang lain.Padahal kita nggak berada di posisi orang tersebut, nggak tau gimana dulu pola asuh dan pola didik orang tuanya yang membentuk kepribadiannya, seperti apa orang-orang di sekitarnya yang membentuk pola pikirnya, dll, dsb, tapi gampang banget ngecap. 


Padahal, nggak jaminan lho, SAHM mau/bisa mendidik anaknya dengan baik, dengan sungguh-sungguh, dan sebaliknya belum pasti juga WM mendidik anak sekenanya. SAHM, tapi nggak betahan berada di rumah karna terbiasa aktif di mana-mana, terus stress, anak dan suami jadi sasaran, malah nggak bahagia semua. WM, tapi stress di kantor, sampe rumah anak dan suami jg yang jadi sasaran, ini juga sama aja.Bisa jadi lho, justru pilihan jadi SAHM adalah karya terbaik yang bisa dia lakukan daripada memaksakan diri bekerja di luar (tapi stres). Belajar pola asuh anak yang baik, menyusui langsung bayinya, belajar permainan edukatif, menjadi teman bermain yang baik bagi anak, menstimulasi perkembangan anak, membacakan buku, memaksakan makanan sehat,belum lagi belajar mengendalikan diri, belajar memperbaiki diri biar bisa jadi contoh yang baik bagi anaknya, dll, dsb. berkaryanya dari dalam rumah, mendidik generasi kuat masa depan yang berakhlak, berkarakter, sehat jasmani dan rohami, beriman.(Insya Allah, Aamiin).Semua itu nggak ada yang mudah. Sayangnya dg kegiatan-kegiatan ibu yang tiada habisnya tsb masih sering dianggap SAHM itu tidak berkarya, tidak produktif. Sedih nggak tuh. Tapi yoben sih, demi anak sendiri, orang mau bilang apa ya terserah. Kalau aku pribadi, jujur ada ketidak relaan kalau harus menitipkan anak ke orang lain. 


Kami (saya dan suami) sudah belajar ilmu parenting (walau masih minim ilmu kami), sangat tidak rela anak kami diasuh orang lain dengan pola asuh yang banyak sekali bertentangan dengan ilmu parenting. walaupun Kami akui kamipun sebagai manusia biasa tentu banyak kekurangan. kadang perlakuan kami pun bertentangan dengan ilmu yang kami peroleh.Sekali lagi, kami hanya manusia biasa tempat salah dan lupa. Tapi kami akan terus belajar, dan sekuat tenaga memperbaiki diri biar bisa jadi contoh yang baik buat anak. Saya pribadi memutuskan dengan sadar dan mantap untuk menjadi SAHM, tentu suami sangat mendukung. Dia selalu mendukung apapun pilihan saya, asalkan saya bahagia menjalaninya. Apalagi ini berhubungan dengan kepentingan anak, tentu dia sangat mendukung. Ini soal pilihan, nggak akan ada habisnya diperdebatkan. 


Stop nyinyirin dan nyindirin pilihan orang lain (termasuk saya sendiri, hehe). Yang terpenting apabila menjadi WM adalah izin dari suami dan tidak melalalaikan kewajiban sebagai istri dan ibu (mendidik). Jangan sampai yang mubah dilakukan (bekerja) tetapi yang wajib dilalaikan (mendidik).

Komentar

Postingan Populer