Aktualisasi Diri Lewat Menulis

Keinginan dan kegemaran menulis sebenarnya sudah ada sejak lama, dari masa sekolah dulu, walau hanya sekedar menulis buku harian. Waktu kecil dan masa sekolah saya senang membaca buku petualangan, novel-novel remaja Islami, kumpulan cerpen, membaca cerpen di majalah Islami Annida. Bermula dari situ saya berkeinginan untuk bisa menulis cerpen bahkan novel. Namun setiap kali mencoba, selalu buntu dan mandeg di tengah jalan. Akhirnya saya menyerah. Tak pernah lagi mencoba menulis cerita fiksi. Saya merasa memang nggak berbakat dalam  hal menulis fiksi seperti cerpen, novel atau  puisi. Saya tidak bisa merangkai bahasa-bahasa indah nan puitis. Namun menulis buku harian masih berlanjut, sampai kuliah, bahkan sampai awal menikah.

Pada saat awal-awal menikah itulah saya mengutarakan kesenangan saya akan menulis kepada suami. Lalu suami mendorong saya untuk menyalurkan kegemaran saya itu dengan membuat blog. Akhirnya saya membuat blog. Isinya waktu itu hanyalah cerita-cerita petualangan saya berdua dengan suami. Naik gunung, jelajah pantai, camping, dll.

Sempat vakum beberapa tahun, akhirnya saya mulai ngeblog lagi setelah punya anak. Saat anak saya berusia lebih dari 6 bulan. Awalnya hanya sekedar menuliskan resume-resume kuliah Whatsapp yang saya ikuti. Lalu berkembang dengan tulisan-tulisan saya sendiri seputar teori dan pengalaman parenting. Menulis seputar parenting ini sebenarnya tidak hanya di blog sih. Di media sosial juga khususnya instagram. Kalau tulisan-tulisan yang panjang dan tidak muat di caption instagram saya tulis di blog. Tulisan-tulisan saya baik di blog maupun di media sosial alhamdulillah mendapat banyak feedback positif dari teman-teman. Baik teman yang sudah kenal sebelumnya, maupun teman yang memang baru kenal di media sosial. Banyak diantaranya yang menyatakan tulisan saya menginspirasi, bermanfaat, dan memberikan pengetahuan baru.

Sungguh saya merasa bahagia, bahwa apa yang saya tuliskan membawa manfaat bagi orang lain. Saya tambah bersemangat. Bersemangat belajar, membaca dan menulis. Saya juga mulai merasa percaya diri. Ternyata saya bisa berguna juga. Saya punya kepribadian rendah diri dan selalu merasa diri saya tak berharga, tak berguna. Tak ada pencapaian dalam diri saya yang bisa saya banggakan. Tetapi begitu saya tahu, tulisan-tulisan saya ternyata bermanfaat bagi orang lain, kepercayaan diri saya tumbuh. Saya mulai merasa diri saya berharga. Mulai menyadari bahwa setiap manusia yang diciptakan membawa misi penciptaan masing-masing. Dan melalui menulis inilah perlahan saya bisa mengaktualisasikan diri saya. Mungkin berlebihan, karena sampai sekarang saya belum menghasilkan sebuah karya yang patut dibanggakan. Dibandingkan dengan tulisan oranglainpun, tulisan saya belum ada apa-apanya. Tapi melihat bahwa dengan menulis saya merasa bahagia, merasa berguna, bahkan hambatan-hambatan pun tak menyurutkan minat saya, saya merasa bahwa inilah potensi yang Allah titipkan kepada saya.

Setiap kali ada ide terlintas, saya biasa menuliskan di aplikasi notes di smartphone, atau menuliskannya di buku tulis. Banyak draft-draft tulisan yang belum saya selesaikan baik di aplikasi maupun di buku tulis. Saya sering merasa gelisah, ada perasaan yang mengganjal kalau dalam waktu yang lama tidak ada tulisan yang selesai, dan tidak ada yang saya posting di media sosial atau blog. Dan  setiap ada tulisan yang saya selesaikan lalu saya posting di media sosial atau blog, selalu ada perasaan lega, bahagia dan ada harapan membawa manfaat bagi orang lain. Tetapi memang tidak semua yang saya tulis selalu saya posting di mesia sosial atau blog. Tulisan-tulisan yang tak layak konsumsi publik, cukup saya simpan dan nikmati sendiri. Itupun sudah cukup membahagiakan, karena isi kepala yang terkadang sangat penuh jadi tersalurkan.

Komentar

Postingan Populer