Alasan Kami (akan) Memilih Homeschooling

Saya ingat betul, 5,5 tahun yang lalu, awal-awal menikah, suami sudah punya keinginan/niat untuk tidak menyekolahkan anak di sekolah formal, ingin Homeschooling (HS) saja. Reaksi saya waktu itu: menolak mentah-mentah ide tersebut dan selalu berujung cekcok ketika membahas soal itu. Apa nanti kata orang, ijazahnya gimana, sosialisasinya gimana (maknya gak ngaca kali, belasan taun sekolah formal jg ga bisa sosialisasi 😂). Dan masih banyak ketakutan2 lain. Tapi buat suami (yang merasa dia adalah produk gagal sistem persekolahan), HS merupakan salah satu alternatif pendidikan yang patut dipertimbangkan. Bahkan sekarang pun sudah diakui dan ada Permendikbud nya.

Seiring saya belajar parenting, saya banyak menemukan banyak praktisi parenting yang juga meng HS kan anaknya. Salah satu yang paling terkenal yaitu teh Kiki Barkiah. Baru-baru ini saya belajar Fitrah Based Education, juga banyak praktisinya yg memilih HS sebagai pilihan pendidikan untuk anak. Komunitas-komunitas HS juga sudah menjamur, dari yg berbasis Islami, mengusung metode Charlotte Mason, Montessori, dll.

Lambat laun  pikiran saya pun terbuka, HS tidak  seburuk dan semengerikan yang saya bayangkan, pun bukan satu-satunya  alternatif pendidikan yang terbaik. Banyak alternatif pendidikan lain selain HS seperti sekolah alam, flexi school, unschooling, dll.

Alhamdulillah, diberi waktu 2,5th lebih buat belajar, menyamakan pandangan, visi misi sebelum akhirnya hamil dan punya anak. Dulu, 5,5th yang lalu pemikiran kami berdua masih timpang sekali. Saya nol besar ilmu parenting. Suami sudah punya pemikiran yang berbeda soal mendidik anak. Entahlah dia baca dan belajar dimana, atau memang murni pemikirannya spt itu.

Akhirnya Sejak sebelum hamil, kami sudah sepakat untuk mengambil jalur HS untuk anak kami kelak. Setelah itu, mulai belajar lagi tentang HS. Belajar dari para praktisi, komunitas, membaca buku, grup, dsb.

Bukan sekedar ikut-ikutan trend yang kini sedang menjamur. Bukan. Ini hasil pemikiran mendalam yang tidak sebentar, diskusi panjang dan berdasar pengalaman hidup kami berdua juga. Kami mengalami proses yang tidak menyenangkan selama bersekolah. Diperkuat dengan ilmu yang kami peroleh dari hari ke hari. Sehingga mantablah kami dengan keputusan ini.

Dengan tidak merendahkan pilihan orang lain yang menyekolahkan anaknya di sekolah formal, berikut ini adalah alasan-alasan kami berencana memilih homeschooling untuk anak kami:
1. Sekian banyak mata pelajaran yang 'dijejalkan' di sekolah. Kebanyakan hanya untuk dihafal, bukan untuk dipahami. Ini hanya akan membebani, dan tidak banyak yang bisa dimanfaatkan di kehidupan nyata.
2. Persekolahan masih mengedepankan kompetisi. Mengejar nilai/hasil bukan proses.
3. Ingin memberikan pendidikan karakter dan agama yang lebih banyak.
4. Di sekolah, kurang ada ruang untuk minat dan bakat.
5. Tidak ada personalized kurikulum. Semua anak dianggap sama. Kurang menghargai keunikan anak.
6. Banyak pengaruh buruk yang justru datang dari sekolah. Belum lagi maraknya bullying.

Meskipun sudah mantab untuk pilihan ini, yang masih saya ragukan adalah kemampuan dan komitmen saya kelak mendampingi anak belajar di rumah. Takut tidak konsisten, kalah dengan rasa malas, takut tidak maksimal dalam memfasilitasi belajar anak di rumah. Selain itu, tentunya adalah tantangan-tantangan dari luar. Misalnya pertentangan dari keluarga, tetangga, saudara, teman. Meskipun dalam hati sudah mantab, tetapi saya pribadi harus menyiapkan mental jauh-jauh hari agar tahan terhadap kritik, sindiran dan nyiyiran. Tapi insyaallah kalau sudah ada keinginan dan tekad, akan ada saja jalannya. Jadi mumpung sekarang anak masih 2tahun lebih sedikit, banyak-banyak belajar dulu, mencari dan bergabung dengan komunitas. Berguru pada para praktisi yang sudah expert di bidangnya. Sehingga tiba masanya kelak, saya pribadi sudah kuat mental, sudah memiliki bekal ilmu, dan sudah memiliki komunitas untuk berbagi.

Komentar

Postingan Populer