Bijak Menggunakan Kata 'Jangan'

Apa sih, yang nggak pro kontra di dunia parenting ini? 😂 Karena perbedaan sumber, pandangan, wawasan, pemikiran, semua bisa berpotensi menimbulkan pro kontra, bahkan tak jarang sampai menimbulkan 'war'. Salah satu nya adalah penggunaan kata 'jangan'. Ada yg bilang ngga boleh menggunakan kata 'jangan'. Ada yang bilang, menggunakan kata 'jangan' juga merupakan bagian dari parenting.

Yang melarang kata 'jangan' karena alasan bisa membuat anak ragu melangkah, mematikan daya kreatif dan rasa ingin tahu anak yang sangat besar. Hingga muncul alternatif-alternatif pengganti kata jangan. Seperti ini contohnya:

Sumber: id.theasianparent.com


Dari kubu yg menggunakan kata 'jangan' mengatakan bahwa kata 'jangan' perlu ditegaskan untuk hal yang bersifat prinsip, agar anak paham bahwa hal tersebut benar-benar TERLARANG. 

Di dalam Alquran banyak larangan tegas menggunakan kata jangan. Anak-anak hasil didikan tanpa “jangan” berisiko tidak punya “sense of syariah” dan keterikatan hukum. Mereka akan sangat tidak peduli melihat kemaksiatan bertebaran, tidak perhatian lagi dengan amar ma'ruf nahi mungkar, tidak ada lagi minat untuk mendakwahi manusia yang dalam kondisi bersalah, karena dalam hatinya berkata “itu pilihan mereka, saya tidak demikian”.

Kalau menurut saya sih, tidak perlu bingung harus memilih paham yang mana. Tidak perlu sama sekali tidak menggunakan kata 'jangan'. Namun juga tentu tidak berlebihan atau sedikit-sedikit mengumbar kata 'jangan'. Untuk aktivitas sehari-hari seperti bermain dan eksplorasi tak perlu sedikit-sedikit melarang. Namun untuk menanamkan hal yang bersifat prinsip seperti penanaman aqidah dan adab, kata 'jangan' relevan untuk digunakan. Selain itu perlu disampaikan dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Nah, baru-baru ini, saya mendapat ilmu baru dari buku Enlightening Parenting tentang penggunaan kata jangan ini. Di buku ini disebutkan bahwa seringkali orang tua melarang tanpa memberikan alternatif solusi. Misalnya, ketika kita berkata, 'Jangan menghadap ke barat,' kita belum memberi tahu apakah menginginkan menghadap ke timur, selatan, utara, dll.

Larangan sebaiknya dilakukan saat kejadian berlangsung misalnya saat anak akan melempar batu ke jendela, bukan pada saat ia duduk manis, karena larangan yang dilakukan bukan saat kejadian justru membuat anak membayangkan untuk melakukannya. Misal, ketika saya mengatakan 'Jangan membayangkan makan jeruk lemon.' Apa yang terjadi? Bayangan kita makan jeruk lemon dengan rasa asam sekilas muncul kan? Lalu, ketika saya mengatakan, 'Jangan membayangkan makan jeruk lemon, coba kelengkeng saja, lebih manis.' Apa yang kemudian terjadi?

Berikut contoh penggunaan kalimat larangan yang tepat.
  1. 'Sudah yuk! Berhenti nonton youtube. Kita main lego saja buat pesawat jet model terbaru dengan Papa.
  2. 'Jangan lempar-lempar batu nak. Kita buat main ulek-ulekan saja yuk batunya'
  3. 'Jangan main-main di pinggir kali. Kita main ayunan di sini saja yuk'. 

Contoh yang tidak tepat:
-  'Awas, jangan mainan air terus!'
- 'Berhenti nonton tv. Kerjakan sesuatu yang bermanfaat yang lain.' (Padahal kita bingung juga yang bermanfaat itu apa).

Nah, tambah ilmu lagi kan soal penggunaan kata 'jangan' ini? Buat saya kata 'jangan' tidak haram diucapkan. Hanya perlu bijak dan tidak berlebihan saja penggunaannya. Ketika mengeluarkan kata 'jangan', tak lupa berikan pilihan atau solusi apa yang harus dilakukan anak. 

Apabila anak sudah bisa diajak musyawarah, sebaiknya dibuat kesepakatan terlebih dahulu terkait aturan-aturan (yang berbau jangan) atau nilai yang disepakati dalam keluarga, lalu libatkan anak untuk menyepakati aturan tersebut sehinga anak tahu aturannya dan konsekuensi yang diterima ketika melanggar aturan tersebut.


Sumber:
Fitriani, Okina d.k.k. 2017. Enlightening Parenting. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. 


Komentar

Postingan Populer