Briefing dan Role Playing Upaya Cegah Drama

Cerita soal briefing dan role playing lagi. Meskipun (atas izin Allah) beberapa kali dapat kemudahan berkat briefing dan role playing ini, namun jujur saya belum konsisten menerapkannya. Terkadang hanya briefing saja tanpa role playing. Terkadang lupa (atau malas) menerapkannya, lalu ketika menghadapi perilaku sulit anak lalu mengandalkan cara paksa atau mengancam secara halus. 😥.

Bagi anak, pengalaman-pengalaman baru seperti diajak ke tempat belum dikenal, bertemu orang baru, dll sama sekali belum ada jejak di peta mentalnya. Maka perlu dilatih dan diperkenalkan. Maka, sebelum mengajak anak ke tempat atau acara yang belum pernah dialaminya, coba lakukan briefing dan dilatih dengan role playing.

Langkah-langkah dalam briefing dan role playing :
1. Secara detail dengan bahasa sederhana menjelaskan kondisi, ketentuan, dan hal penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan yang akan dilakukan.
2. Menunjukkan dan memberi contoh apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama kegiatan berlangsung.
3. Role playing atau mempraktikkan seolah-olah mereka berada di kondisi sebenarnya.
4. Bertanya dan memastikan bahwa anak sudah mengerti apa yang harus dilakukan.
5. Beri pujian jika anak sudah paham. (Okina, 2017: 86-87)

Cerita kali ini ketika hendak bepergian naik motor. Saya ingin membiasakan Salma untuk memakai kelengkapan seperti helm, jaket dan masker. Namun, seringkali dia menjawab dengan kata-kata, 'nggak mau!', 'emoh', 'nggak mau pake itu', dsb. Kalau sudah begini biasanya ujung-ujungnya ngotot-ngototan, kemudian emak pasrah menuruti kemauan anak, atau lebih parah lagi mengancam halus biar anak nurut.

Suatu hari, karena saya berencana bepergian agak jauh berdua saja, saya ingin Salma memakai semua kelengkapan yaitu masker, helm dan jaket. Karena sudah bosan dengan drama, saya berniat melakukan briefing dan role playing dulu malam harinya.

Acara yang akan saya hadiri adalah workshop crafting. Menurut saya nih, briefing dan role playing ini membutuhkan kreativitas orang tua, jadi semakin sering praktik, akan semakin mudah dalam menemukan kata-kata. Jujur, saya masih kudu mikir banyak dulu sebelum melakukan. Mau ngomong apa nanti, ngomongnya gimana ya, mulai dari mana, dsb. Karena harus kreatif dan harus mikir inilah saya kadang enggan melakukannya. Yang sebenarnya justru lebih merepotkan saya sendiri pada akhirnya. 😑

Nah, percakapan saya dan Salma (2th 3bln) dalam rangka briefing kurang lebih begini:
Mama: Salma, besok Salma ikut mama ya. Mama ada acara bikin keterampilan tangan (duh, saya susah mencari kata yang pas diucapin ke Salma).
Salma: ke mana e?
Mama: Bikin keterampilan dari baju bekas, dibikin bros. Di petra accesories dekat malioboro yang banyak kudanya.
Salma: Mau.
Mama: Besok kita gunting-gunting di sana. Ini guntingnya Salma, ini guntingnya mama (sambil tunjukin).
Salma: Mana guntingnya Salma?
Mama: Ini. Besok pagi kita berangkat naik motor ya? Kalau mau naik motor pakai apa aja?
Salma : Helm.
Mama: Terus apa lagi biar nggak kena debu dan asap?
Salma: Maskel (Baca: masker)
Mama: Apa lagi? (anake diam). Pakai jaket nggak?
Salma: Nggak mau pakai jaket!
Mama: Pakai ya. Biar nggak kena panas tangannya.
(mama nyiapin helm, masker, sama jaket punya Salma dan mama).
Mama: Yuk kita coba pakai. (mama pakai jaket masker dan helm). Salma mau dibantu? (lalu bantuin pake masker).
Salma: Salma mau pake sendiri (sambil masukin tangan kanan ke lengan jaket, tangan kiri belum bisa, dibantuin).
Mama: Trus pakai apalagi yang terakhir?
Salma: Helm. (sambil coba pakai sendiri)
Mama: Yeayy sudah lengkap kita.
Salma: Mau ke mana kita?
Mama: Besok nak kita perginya.
Hahaha....

Mohon maaf kalau percakapannya wagu. 😅. Memang kudu dilatih terus biar bisa berkomunikasi dan berdialog dengan lancar sama anak.

Setelah selesai role playing, saya lanjutkan sebentar dengan briefing tentang kira-kira kondisi di sana. Bahwa nanti di sana ada teman-teman sebayanya. Adek, mbak dan mas. Dan juga teman-teman mama. Kemudian di sana mama akan bikin kerajinan, gunting-gunting dan jahit kain. Kemudian Salma tak kasih gunting dan kertas untuk praktik menggunting.

Bagaimana hasilnya ketika pagi hari kami akan berangkat?
Mama: Yuk kita berangkat. Pakai apa aja kita?
Salma: Pakein maskernya mama. (selesai dipakein masker, dia ambil jaket dan berusaha pakai sendiri. Saya bantu masukin tangan kiri).
Mama: Helmnya mana?
Salma: Itu  (sambil ambil, lalu dipakai sendiri).

Masya Allah Tabarakallah, tanpa drama sama sekali, tanpa penolakan tidak seperti biasanya. Tanpa ngotot-ngototan. Tanpa ngancem-ngancem halus. Di tempat workshop pun dia kondusif. Malu-malu seperti biasa pada awalnya. Nggak rewel, nangis, minta sesuatu atau ngajak pulang. Ketika waktunya pulang, tertib seperti ketika mau berangkat. Jaket, masker dan helm dipakai tanpa drama dan penolakan. Wow. Saya takjub. Karena biasanya saat pulang lebih drama lagi  dibanding pas berangkat.

Hanya butuh waktu 15-20 menit saja untuk briefing dan role playing. Tetapi atas izin Allah, membuat rencana acara atau perjalanan kita menjadi lancar, tanpa drama dan anak kondusif di tempat acara.

Ya Allah saya terharu dan malu sekali. Sudah dikaruniakan ilmu untuk mempermudah, tapi masih malas mengamalkannya. Akhir-akhir ini suami memang sering mengingatkan untuk tidak menimbun-nimbun sumber daya, tapi manfaatkanlah sumber daya yang ada. Sumber daya bisa berupa ilmu. Ilmu parenting yang saya pelajari insya Allah sudah ada. Tapi praktiknya yang masih menjadi PR besar. Makanya beberapa waktu terakhir, saya tidak lagi membeli buku parenting. Saya lebih memilih membuka dan membaca kembali buku yang sudah saya punya. Mencoba serius mengamalkan yang belum diamalkan. Berkahnya ilmu itu kan ketika diamalkan. Bukan pada banyaknya.

Sepertinya memang ribet dan repot ya ketika kita mengamalkan sebuah ilmu. Dalam hal ini ilmu parenting. Harus begini, harus begitu. Nggak boleh ini, nggak boleh itu. Tetapi sebenarnya lebih ribet dan repot lagi ketika kita tidak punya ilmunya, atau punya tapi tidak diamalkan. Sedikit repot di awal tetapi ada kemudahan-kemudahan setelahnya.



Sumber:

Fitriani, Okina d.k.k. 2017. Enlightening Parenting. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. 

Komentar

  1. Kereen mbak,salam kenal kemarin saya baru ikut kelasnya cikgu okina

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer