Latih Tanggung Jawab Anak di Perpustakaan

Mengunjungi perpustakaan, bisa dijadikan agenda rutin untuk mengenalkan anak pada dunia literasi sejak dini. Kini perpustakaan-perpustakaan daerah biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas khusus untuk anak. Ruangan khusus untuk berbagai koleksi buku anak dan biasanya dilengkapi juga dengan berbagai mainan edukatif.

Selain untuk mengenalkan dunia literasi, banyak manfaat lain yang bisa kita ambil dari kunjungan rutin ke perpustakaan, salah satunya adalah mengajarkan tanggung jawab pada anak. Ini yang akan saya bahas pada tulisan ini, berkenaan dengan pengalaman saya waktu mengunjungi perpustakaan.

Di perpustakaan daerah di tempat saya tinggal, sering saya temui kondisi yang berantakan ketika masuk ruang baca anak. Apalagi ketika liburan sekolah. Ruangan pasti penuh pengunjung, dan banyak buku dan mainan berserakan tak karuan di lantai. Sehingga untuk mencari tempat duduk saja harus merapikan buku atau mainan dulu.
Contoh kondisi berantakan sampai bingung harus duduk di mana.
Seharusnya agenda ke perpustakaan ini bisa dijadikan sarana untuk memupuk rasa tanggung jawab anak. Antara lain dengan mengembalikan  buku ke rak semula, atau paling tidak merapikan kembali untuk meringankan tugas pegawai perpustakaan.
Di sini lah tugas penting orang tua ketika mendampingi anak ke perpustakaan. Memang, untuk anak batita seusia anak saya (2tahun) masih sulit diminta untuk merapikan kembali mainan atau buku yang dibaca. Yang bisa orang tua lakukan adalah memberi contoh, mengajak, tapi tidak memaksa. Kalau kita sendiri mengambil buku, kemudian selesai dibaca, ya dikembalikan ke rak semula, atau apabila ragu, ditumpuk yang rapi di meja (biasanya disediakan meja khusus buku yang selesai dibaca). Sesimple itu. 

Apabila anak sudah selesai bermain dan membaca buku, ajak untuk merapikan kembali mainan dan buku. Apabila ingat tempat mengambil buku tadi, kembalikan ke tempat semula. Apabila tidak ingat dan takut merubah tatanan/urutan kode buku, dirapikan saja agar tidak berserakan mengganggu pemandangan.

Anak susah, atau nggak mau diajak merapikan? Saya biasa mengalaminya. Biasanya saya mengajaknya sambil bernyanyi. Kami punya lagu khusus untuk mengajak beres-beres. Kalau nggak punya, coba ajak dia dengan kalimat seperti ini, 'Dek, yuk mama bantuin ya beres-beresnya'. Bukan terbalik ya mam, 'Bantuin mama beresin mainan /buku yuk'. Karena apa? Agar anak merasa bahwa ini adalah tanggung jawab dia, bukan kita orang tuanya. Walaupun akhirnya cuma beresin satu buku atau satu mainan saja, tidak apa-apa. At least, sudah mau beberes.

Tak lupa berikan pujian atas perilaku yang sudah dia lakukan, bukan pada karakteristik orangnya. Berikan pujian efektif, contohnya seperti ini, 'Wah, adek sudah mau mengembalikan buku ke tempat semula, bagus sekali. Allah suka pada keindahan'. Hindari pujian yang tidak efektif, contohnya, 'Adek hebat. Keren banget. Sudah mau beberes. Nggak seperti kemarin, nggak mau merapikan buku'.
Soal pujian efektif, kita bahas lain kali ya. 😄

Kalau sedari kecil sudah kita biasakan untuk bertanggung jawab, diharapkan ke depannya, ketika sudah lebih besar, tanpa kita dampingi pun dia sudah terbiasa dengan tanggung jawab ini. Tentu mengajarkan ini bukan tugas para pegawai perpustakaan, tapi kita orangtua. 

Sebenarnya cara ini juga bisa kita pakai di rumah, ketika mengajak anak beberes mainan dan buku. Tetapi perlu juga diajarkan bertanggung jawab di perpustakaan, yang notabene merupakan tempat umum. Kenapa? Untuk mengajarkan empati juga, bahwa kalau kita tidak bertanggung jawab, maka yang akan dirugikan bukan hanya diri kita sendiri, tetapi juga orang lain. Kita jadi kesulitan menemukan buku tertentu, pengunjung lain kesulitan menemukan tempat duduk, juga petugas kesulitan merapikan buku kembali.

Komentar

Postingan Populer