Lawu #2

Ahad, 30 Maret adalah waktu yang sudah kita tentukan untuk berangkat. Janjian jam 10 pagi di kampus. Tapi nyatanya jam 12 lebih aku dan wibi baru sampai kampus, karena paginya kita memang ada masalah kecil yg nggak perlu kuceritakan di sini. hehe. Padahal kita belum packing, batre dan spriritus juga belum sempet beli. Jadinya sebelum berangkat kita nyoba muter2 dulu nyari spiritus. Karena hari Minggu, toko bangunan pada tutup, akhirnya kita mau beli pas di perjalanan saja.

Sekitar jam 13 kurang, kita berangkat. Jam 15 an lebih dikit sampai di Karanganyar, mampir ke rumah temennya Wibi dkk. Dari tadi di jalan kepanasan terrus, tapi di sini udara lumayan sejuk. Apalagi rumahnya pinggir sawah, silir gitu jadinya. Apalagi disuguh es teh yang tiap kali habis selalu diambilin nambah, dan juga ada macem2 makanan. Nggak lama kemudian, tuan rumah mengeluarkan nasi dan uba rampenya. Walah, kok repot2, kita kan jadi enak. hahaha. Lumayan lama kita di sini. Rencananya sih habis magrib kita mau nerusin perjalanan. Tapi karena keasyikan ngobrol, pas adzan isya kita baru pamit.

Jalan utama Karanganyar luruuuuss terus sampe bego (pinjem istilahnya mbak Trinity,hehe) nggak ada belok2nya. Tapikeadaan berubah 180 derajat pas nyampe daerah Tawang Mangu. Nggak cuma berbelok2, tapi juga naik turun tajem banget. Dan yang aku takutkan terjadi, hujan. Awalanya nggak begitu deres, tapi lama2 deres banget. Akhirnya kita ngeyup dulu karena salah seorang temen nggak bawa mantol. Ngeyupnya di semacam kios atau pasar gitu. Beratap, luas, enak sekali buat ngeyup. Sekitar jam setengah 9 an waktu itu. Hujannya berhenti, turun lagi, berhenti, turun lagi. Gitu2 terus. Akhirnya aku buka sleeping bag (SB) dan mau tidur dulu aja. Temen2 yang lain pada main kartu. jam 11 an hujan baru bener2 reda. Kita lanjutin perjalanan. Ternyata nggak nyampe 5 menit kita udah sampe basecamp Cemoro Sewu.


Di basecamp kita sholat, lapor sama petugas, buang air, beres2,dll. Retribusinya lumayan mahal kalo di banding Merbabu Rp 7500/@ sedangkan terakhir kali aku ke merbabu retribusi cuma 3000/@, itu sama2 pas momen liburan. Jam 00.30 kita berangkat naik. Ternyata kali ini nggak sedingin pas pertama kali aku ndaki ke sini. Salah satu ketakutanku nggak terjadi. Alhamdulillah.


Berhubung kai ini long weekend, jadinya rame banget. Sama sekali berbeda dengan pertama kali dulu. Kalo yang sekarang, pas di base camp rame banget, bahkan banyak juga yang camping di sekitar situ. Warung2 di sekitar juga pada buka. Suasana bener2 berbeda. Ketika di perjalanan pun banyak banget ketemu rombongan pendaki2 lain. Kebanyakan mereka dari Solo, tp yang dari Jogja dan Jatim juga lumayan.


Jalur Cemoro Sewu memiliki jalan setapak berbatu yang sudah tertata. Awal perjalanan jalur ini kanan kiri ditumbuhi oleh pohon-pohon Cemara, karena lebatnya hutan Cemara yang tumbuh maka daerah ini dinamai Cemoro Sewu (Seribu Cemara). Kalo di Lawu di sepanjang jalur pendakian banyak ditemui bangunan2 gubug gitu. Cocok untuk istirahat ato ngeyup kalo hujan. Selain itu juga terdapat 5 pos di sini. Di pos 1 ada warung. hayoo, di gunung mana yang ada warungnya gini. Bahkan di daerah Sendang Drajad yang sudah dekat dengan puncak pun ada warungnya. Tapi nggak tau buka tiap hari apa nggak, yang jelas kalo pas akhir pekan dan liburan gini pasti buka.


Dari awal, aku sama Wibi jalannya pelan banget. Keong mode ON. Sementara itu tiga temen kita yang lain udah bablas duluan. Ternyata enak banget jalan pelan2 gini. Napas nggak menggeh2 (terengah2), dan nggak perlu banyak istirahat. Istirahat paling bentar2 doang, suma buat minum. kayaknya baru kali ini deh aku naik gunung nggak menggeh2 gini. Di jalan, tiga temen lain menunggu. Ternyata yang satu orang nggak bisa ngimbangin jalannya 2 temen yang lain. Akhirnya dia jalan bareng aku sama Wibi. Slow but sure. Empat jam berjalan pun sebenernya aku beum ngerasa capek banget. Cuman, kalo pas berhenti dan duduk, rasanya nguantuk banget.


Sekitar jam 4.30 pagi kita sampai di Pos 3. Dan di situ ramai banget, banyak tenda yang udah berdiri. Mau lanjut jalan, temen yang satu nggak kuat, dan temen yang satunya lagi juga pengennya istirahat aja. ya udah, kita nyari sisa2 tempat lapang untuk mendirikan tenda. Nemu juga, tenda berdiri. Tapi aku sama wibi tidur di luar tenda. Karena kita bawa matras, sementara yang lain nggak bawa. Sementara kita tidur, temen yang lain masak mie dan bikin minuman hangat. Aku sih belum terlalu lapar. Pengennya tidur aja. Tapi ternyata nggak bisa tidur. Dingiin banget, apalagi bagian kaki. Kondisi seperti ini membuatku pengen pipis terus. Tambah nggak bisa tidur deh.


Jam 6.30 barulah aku bangun beneran. Aku dan wibi sarapan. Aku nggak masak mie, karena aku bawa roti tawar sama sele coklat dan bawa telur rebus. Sengaja kita nggak bawa mie, biar bisa ngirit air. Jam segini, matahari belum menembus tempat kita ngecamp, jadinya kedinginan terus deh, nggak bisa berjemur. Daripada terus kedinginan, setelah sarapan kita mutusin buat lanjut naik. Jam 07.30an kita berangkat. Ternyata Ricky, salah seorang teman kita mutusin nggak ikut naik. Lumayan deh, bisa nitip barang2 , jadinya naiknya tanpa beban berat. hihi..

 Seperti biasa ya, seperti ndaki2 sebelumnya, kok rasanya nggak nyampe2 puncak sih. Tiap ketemu pendaki lain yang turu, slalu nanya 'pos ini masih jauh nggak', 'puncak masih jauh nggak?', 'kira2 berapa lama?'. Ada yang jawabnya jujur, ada yang PHPin, bilangnya bentar lagi, nyatanya masih jauh, ada yang bilang 'paling 15 menit lagi', tapi nyatanya masih satu jam..haha, begitulah. ya begitulah mendaki gunung. Kita juga harus meikmati perjalanan. Nggak melulu mikirin puncak. Toh justru prosesnya di perjalanan ini lah yang justru jauh dan lamaa. Pas di puncaknya paling cuma setengah jam aja. Jadi kalo kita nggak menikmati prosesnya (di perjalanan), berarti kita nggak bisa menikmati pendakian ini.





Banyak kok yang bisa kita nikmati selama perjalanan. Pemandangan sungguh spektakuler. Pas malam hari, bisa lihat bulan dan bintang2 di langit yang seakan jaraknya semakin dekat aja. Atau kalau melihat ke bawah bisa melihat kelap kelip lampu kota yang nggak kalah indahnya. Dan pas siang hari tentu saja mata kita dimanjakan dengan pemandangan indah di sekitar: awan putih yang tingginya sejajar atau bahkan di bawah kita; pepohonan dan rerumputan hijau; bunga edelweis kalo pas lagi mekar; gunung2 lain yang kelihatan besar dan dekat; jalanan yang berkelok; terkadang juga ada burung yang lewat.

Selain menikmati pemandangan, kita juga bisa menikmati candaan dan obrolan bersama temen2 kita. Karena pada waktu itu banyak banget ketemu pendaki lain, kita bisa saling sapa, senyum, saling nanya, memberi semangat,dll. trus kalo pas malam hari misalnya kita berhenti mau istirahat, kita bisa ikut nimbrung api unggun dari pendaki lain, dan sebagai balas budi terkadang kita menawarkan bekal kita untuk dibagi. Yah, suasana2 seperti itulah yang bisa kita nikmati di gunung. Coba kalau lagi di bawah, di mall misalnya kan banyak orang juga tuh, nggak mungkin kan kita tiap ketemu orang nyapa, senyum, tanya drmana asalnya dll.hehehe.


Spot yang lumayan untuk poto2, view di sini bagus banget

Nikmati juga setiap kaki menapak, mendaki, betapa Allah memberi kekuatan pada kaki kecil kita untuk menopang tubuh dan beban serta menapaki jalanan benanjak bertatakan batu berjarak puluhan km. Pernahkah kita berpikir, bawa seorang difabel dengan cacat kaki misalnya, untuk ke toilat atau melakukan pekerjaan sehari2 saja susah dan kadang membutuhkan bantuan orang lain. Sedangkan kita dengan dua kaki yang sempurna bisa berjalan, berlari, bersepeda dahkan naik gunung. Sungguh ini adl secuil nikmat yang Allah berikan  yang terkadang lupa kita syukuri.

Mata yang masih bisa melihat, menikmati keindahan yang Allah ciptakan. telinga yang masih bisa mendengat suara angin, suara burung, suara derap langkah. Hidung yang masih bisa mencium oarima embun, aroma embun pagi, juga masih bisa untuk bernafas. Lidah yang masih bisa merasakan setiap rasa makanan yang kita makan, juga masih bisa merasakan kalo kita lagi haus. Dan kulit yang masih merasakan dinginnya udara, serta merasakan hangatnya sentuhan suami (eciee). Wow,luar biasa sekali nikmat dan karunia Allah. Bahkan seluruh panca indera kita masih dan turut merasakan betapa nikmatnya suasana gunung.

Cuss lanjut ke perjalanan.hehe. Berhubung siang hari ni, perjalanan kita agak terganggu dengan nafsu ingin berfoto2. Alhasil tiap ada spot yang bagus buat poto, kita mandeg dan poto2 dulu. hehe. Semakin ke atas, pemandangan semakin indah, semakin banyak yang bisa terjangkau oleh mata kita. Subhanallah banget.


 sebagian poto2 perjalanan

By the way, kok ternyata panjang banget ya ceritanya. Dari pada yang baca capek,, ni mana sih kok ga ada ujungnya. mendingan sambung postingan selanjutnya aja ya.. See you..



Komentar

Postingan Populer