(Resume Kulwap) HAPPY COOKING, COOKING IS HAPPY!

Materi kulwap *Arsitek Peradaban*
πŸ“†Kamis, 16 Feb 2017

πŸ‘·πŸ»‍♀ πŸ’ *PROFIL NARASUMBER*πŸ’

*Dewi Lestari*

πŸ‘ΆπŸ»Lahir: Serang, 20 November 1988
Domisili saat ini: Beji, Depok

πŸ‘©‍πŸ‘¦‍πŸ‘¦Ibu 2 orang anak :
Nouman Ibrahim Al Hafizh (3y,3m)
Syauqi Muhammad Al Faris (1y,3m)

🏫Riwayat Pendidikan:
TK at- Taqwa Serang
SDN 6 Serang
SMPN 4 Serang
SMAN 1 Serang
S1 Program Studi Indonesia UI

πŸ…Riwayat aktivitas:
-Catering (2015--2016)
-Owner Bumbu "BuDe"(2016- sekarang)

πŸ“±Kontak:
FB Dewi Lestari
IG @bumbu.bude
Email lestari.ui07@gmail.com


πŸ“šπŸ“šπŸ“šπŸ“š
🍽🍽🍴🍴🍽🍴

*HAPPY COOKING, COOKING IS HAPPY!*

Bunda, pernah tidak sejenak terlintas dalam benak apa ya yang membuat saya termotivasi memasak untuk keluarga? atau kebalikannya, mengapa saya enggan memasak setiap hari? Jawabannya tentu bisa beragam.

Saat ini, banyak penawaran menarik yang mem-branding produk makanannya sehat, hemat, dan lain  sebagainya sehingga banyak orang memilih untuk tidak perlu repot memasak sendiri karena sudah banyak makanan yang mudah didapatkan di tempat catering, restoran siap saji, warteg, atau  makanan-makanan kemasan dengan menu beragam. Terlebih, memasak membutuhkan sejumlah persiapan, segenap waktu, dan tenaga yang tentu tidak mudah dilakukan semua orang. Selain itu, ada pula yang merasa kemampuannya meracik makanan kurang memuaskan sehingga menganggap memasak itu membuang-buang waktu, tenaga, dan energi. Tidak apa-apa, Bun. Jika semua itu adalah fakta, sungguh berjiwa besar jika kita mengakuinya. 😊

Tantangan-tantangan untuk memasak tersebut tentu harus disolusikan agar kita tidak merasa memasak adalah aktivitas yang memberatkan. Terlebih  bagi bunda yang memiliki bayi, bunda yang bekerja, dan memiliki kesibukan lainnya tentu butuh strategi untuk bisa memasak setiap hari. Bunda bisa melakukannya dengan tidak mempersiapkan apa yang akan kita masak hari ini secara mendadak.
Hari ini menunya apa tentu bahan-bahan sudah siap sejak kemarin sehingga bisa dicicil mengerjakannya saat luang atau di malam hari. Bisa juga Bunda menyetok sejumlah bahan masakan dan bumbu yang sudah diracik dalam lemari es untuk sekian hari sehingga pagi hari bisa langsung cemplang-cemplung tanpa harus berbelanja, membuat bumbu, membersihkan ikan, atau menyiangi sayuran. Tentu memasak menjadi lebih singkat dan cepat, bukan?
Bagi Bunda yang merasa kurang percaya diri dengan masakannya, yakinlah bahwa kelihaian memasak, ketajaman insting membumbui, dan keluwesan dalam menggunakan perabot dapur bisa dikuasai seiring dengan perjalanan waktu. Semakin sering kita memasak, insting dan cita rasa kita pun semakin terasah. Bisa karena biasa. Percayalah. 😊

Memasak sendiri di rumah, selain lebih sehat dan hemat, ternyata bisa meningkatkan kedekatan suami pada istrinya, bonding anak pada ibunya, bahkan ikatan keluarga lainnya. Sehingga tak jarang kita mendengar ungkapan, "kangen masakan istri", "kangen masakan ibu", atau "kangen masakan nenek". Dari lidah turun ke hati, begitu pepatah menyebutnya. Betapa besar efek dari sebuah masakan dalam eratnya hubungan hangat kekeluargaan. Masakan ibu bisa memantik rindu anak-anak kita yang kelak hidup mandiri di luar sana. Masakan istri bisa menjadi penyejuk hati suami yang lelah dan penat setelah seharian bekerja. Akan ada satu kerinduan yang membuat anak dan suami pulang ke rumah menemui kita, dari masakan kita.

Lebih dari itu, generasi salih yang kuat pun tentu lebih Allah cintai. Betapa tidak, Allah telah mengingatkan dalam Alquran agar jangan sampai kita meninggalkan anak-anak kita dalam kondisi lemah. Untuk membentuk generasi yang salih dan kuat tentu perlu disokong fisik yang kuat yang terbentuk dari makanan-makanan _halalan thayyibban_.

Masakan yang kita buat dengan tangan kita sendiri tentu lebih menentramkan hati. Sebab kita benar-benar yakin akan keamanan, kesehatan dan kehalalan bahannya, teknik pegolahan yang benar, serta kandungan nilai gizinya. Semua itu tentu lebih mudah kita pertanggungjawabkan pada Allah sebab kita tahu persis bagaimana permulaannya.
Selain itu, yang tidak bisa kita dapatkan dari makanan yang kita beli adalah doa-doa lirih yang terlantun dan berpilin menjadi kekuatan besar nan menggetarkan arsy yang  diaminkan malaikat-malaikat di setiap tahap saat memasak. Berharap doa-doa itu menambah keberkahan makanan tersebut. Berharap makanan tersebut akan menjadi darah daging  anak-anak dan suami kita sehingga mengokohkan  jasadnya yang akan menguatkan kesalihannya pula. Apalagi doa itu terlantun dari seorang ibu yang menjadikannya doa-doa itu tak tertolak. _Masya Allah_.

Ada cita-cita luhur yang ingin kita semai dalam tiap menu yang kita sajikan. Ada ketulusan dan  cinta yang ingin kita kemas dalam wujud nyata dari masakan. Oleh karena itu, yuk Bunda perlahan kita mulai kembali ke dapur untuk bisa menyajikan karya seni yg bisa dinikmati yang tersayang setiap hari. 😊

Berbicara mengenai dunia masak-memasak, tentu erat kaitannya dengan teknik memasak. Sebenarnya ada banyak teknik memasak. Akan tetapi, realita menunjukkan--karena ketidaktahuan-- para ibu memasak dengan cara yang kurang tepat sehingga hasilnya pun tidak maksimal. Oleh karena itu, saat melihat chef-chef di TV memasak, membaca tabloid, membaca resep di aplikasi HP atau internet, seyogianya bukanlah untuk semata-mata meniru resep sepenuhnya. Akan tetapi, kita perlu melihat dan tahu teknik yang benar  dalam mengolah makanan dan tips-tipsnya. Dengan adanya bekal dasar inilah kemampuan memasak menjadi lebih terasah sehingga memudahkan kita dalam memasak dengan benar.

Untuk bisa menjadi chef yang andal dibutuhkan waktu studi akademis bertahun-tahun ditambah pula experience di lapangan yang jauh lebih lama karena membutuhkan keahlian tertentu untuk menjadi chef. Akan tetapi, untuk kita, para ibu, tidak perlu seahli chef untuk bisa memasak di rumah. Kenapa? karena setiap memasak ada tujuannya. Ada yang memasak untuk kalangan terbatas (keluarga), bisnis (berdagang), atau juru masak. Semua tergantung tujuannya.

Jika masakan kita akan dimakan khalayak, kita perlu secara khusus belajar memasak. Akan tetapi, jika memasak hanya untuk keluarga, tenang saja Bun, masaklah sesuai kreasi Bunda. tidak perlu risau bagaimana caranya atau bahannya apa saja karena kita pun bisa melihat resep-resep yang bertebaran di dunia maya. Tinggal kita cocokkan dengan selera kita, bahkan kita bisa mengkhayal bahan dasar A enaknya dipadukan dengan bahan apa? bumbunya yang cocok apa? masaknya dibagaimanakan? itu saja sudah bisa menjadi satu resep sendiri. Semakin sering mengenali bahan-bahan masakan, akan semakin lihai kita memadupadankan bahan sehingga wajar jika baru satu dua kali turun ke dapur kaget dengan hasil masakannya sendiri.

Kita tidak perlu menetapkan capaian yang terlalu tinggi, misalnya, ingin bisa memasak seperti chef X , ingin membuat nugget seperti merk-merk nugget instan ternama. Hal ini dapat membuat kita putus asa jika hasilnya tidak sesuai target di awal perjalanan kita untuk mau turun ke dapur. Kita boleh melihat resep dari mana pun, tetapi kita tetap memasak versi kita. Bagaimana pun hasilnya itu masakan versi kita. Sehingga hati bisa lebih puas menerima hasil kerja keras kita, apa pun bentuknya dan bagaimana pun rasanya. Ya, masakan versi kita lebih menentramkan jiwa.
Tenang saja Bun, Untuk bisa memasak dengan rasa yang pas, tanpa repot menimbang dan mengukur bahan, dan cocok memadupadankan bahan itu semua bisa sangat dikuasai jika intensitas kita memasak tidak lagi bisa dihitung dengan jari.

_Subhanallah_.. ada banyak hal yang belum kita ketahui. Akan tetapi, sering kali kalah sebelum bertarung. Merasa tidak bisa bukan karena benar-benar tidak bisa, tetapi lebih tepatnya takut gagal. Takut gagal membuat makanan yang enak, takut gagal membuat suami dan anak-anak menghabiskan  makanan yang kita buat. πŸ˜„

Bun, memasak di rumah setiap hari bukan berarti antipati dengan makan di luar yah. Sesekali makan ke luar bersama keluarga tak mengapa juga. Setidaknya seminggu sekali, dua minggu sekali, atau sebulan sekali makan di luar untuk menikmati hangatnya kebersamaan dengan keluarga.
Bukan semata-mata makan di luar karena ingin sekadar makan saja, tetapi kita "membeli" _moment_-nya. _Moment_ yang berbeda dari biasanya. Menikmati makan malam di bawah lampu yang temaram di saat suasana sendu bersama orang-orang tercinta. Wow istimewa di hati. 😍

Makan bersama keluarga di luar juga bisa menjadi recharge agar memasak di rumah tidak terasa membosankan.  Pulang makan dari luar kita membawa energi dan inspirasi yang segar untuk meracik resep menu rumahan yang akan disajikan hari-hari berikutnya seperti menu yang dipesan di tempat makan itu. Jadi, menu rumahannya lebih variatif, kreatif, dan _surprise_ untuk keluarga.
Jangan lupa suami dan anak-anak saat pesan menu, kita ingat-ingat mereka pesan apa dan bagaimana _feedback_-nya. Enak tidak dan suka tidak. Kalau jawabanya enak dan suka, apalagi sampai menambah porsi (wah itu mah doyan atau lapar.. haha) kita cari tahu bagaimana cara membuatnya. Entah cari di aplikasi masak-masak di HP, social media, bertanya ke teman, dan lain-lain. Setidaknya kita mendapat ide bahwa oohh bahan itu bisa dimasak seperti itu. Ohhh ternyata sambal terasi bisa langsung jadi bumbu tumis kangkung yang yummy, dan lain-lain. Nah, itu kan menjadi inspirasi buat kita memasak di rumah. Jadi, saat makan di luar, kita serap betul segala kekayaan resep dan rasa, terutama yang suami dan anak-anak kita suka, untuk dibawa pulang ke rumah dan suatu saat kita yg buat menu itu untuk keluarga.So, gali semangat dan inspirasi memasak di rumah dari mana saja, Bun. πŸ˜‰

Ternyata memasak itu penuh dinamika ya, Bun. Kalau ada istilah _cooking is art_ seharusnya aktivitas memasak adalah aktivitas yang menyenangkan, penuh makna, dan punya added value dibandingkan mengonsumsi makanan siap saji atau makanan yang kita beli. Lelah dan terkadang kecewa dengan hasil masakan sendiri adalah hal yang manusiawi. Yang tidak boleh terjadi adalah perasaan menyerah dan kalah. Jika kita gagal memasak satu menu yang sesuai ekspektasi itu tandanya kita satu langkah lebih dekat dengan keberhasilan itu.
Mudah-mudahan kita tetep istiqomah memberi asupan terbaik untuk suami, buah hati, dan keluarga tercinta. _Happy Cooking_, Bunda.Kita akan menemukan banyak petualangan rasa dan ekspresi orang terkasih saat menikmati satu per satu buah karya kita. ✨πŸ’«

by Dewi Lestari
@bumbu.bude

πŸ›πŸ³πŸ›πŸ³πŸ›πŸ³πŸ›πŸ³πŸ›πŸ³

⁉⁉

✅ 1⃣Assalamu'alaikum bu dewi. Saya seorang ibu baru yg sedang semangat belajar masak (menu utama & snack). Belakangan ini saya merasa pengeluaran untuk memasak tambah besar bub. Adakah tips yg bisa bunda berikan untuk menyiasati kenaikan harga bahan2, sehingga bisa tetap memasak tp pengeluaran tidak terlalu membengkak? Trims
(Restu, Jatiasih)

Jawaban:
1⃣Wa'alaikumussalam wr wb Bunda Restuuu... Masya Allah seneng bgt deh denger bunda semangat masak.. :")
Utk menyiasati harga bahan baku yg naik, biasanya saya gunakan teknis menyetok bahan baku, Bun.. Misal, saya beli ayam, saya olah jd nugget dagingnya (simpan di freezer), tulangnya buat kaldu/sop, jd terpakai beberapa kali masak. Daging, biar irit dibuat bakso atau perkedel daging (masuk freezer lg), bumbu2 saya buat bumbu siap pakai homemade, ketumbar dan lada pun saya beli per ons kemudian dihaluskan dan masuk wadah kedap udara atau toples. Alhamdulillah lbh irit drpd beli yg bubuk kemasan n lbh terasa. Utk sayur saya beli per 1 minggu n bisa atur menunya sehingga bahan sayur bisa terpakai semua secara efektif dan efisien.. Alhamdulillah pengeluaran terkendali dan msh bisa bikin snack atau coba2 resep yg lain :)

✅ 2⃣Siang Mba Dewi, senang rasanya bisa membaca materi Mba jadi semangat masak hehehe.. Mba Dewi boleh dong di Share bumbu racikan wajib yg harus ada itu apa aja, biar lebih mudah gitu masaknya.. Terimakasih Mba Dewi

Riska_Cinere Depok

Jawaban:
2⃣Siang Bunda Riskaa.. :)
Kalau saya biasanya nyetok bumbu dasar: Bawang merah, bawang putih, cabe merah, kunyit-jahe, macem bumbu bude gitu..(eeitt ga promosi lho ya..  hihihi), trus ketumbar, kemiri, dan lada beli yg ons-an, dihaluskan kemudian masuk toples /plastik/wadah kedap udara, simpan di kulkas. Khusus kemiri saya nyetok utk seminggu saja krn relatif mudah rusak/jamuran. Sudah minimal itu saja. Insya Allah lebih hemat, cepat, sehat, dan enak masaknya ;)

✅ 3⃣Mbak. Suami ku tuh udah ketergantungan sama yang namanya pecin, dan penyedap rasa yang banyak msgnya.. Sedangkan aku masak gak pernah ditambah pecin/bumbu penyedap gitu.. Gula garam kaldu non msg cukup menurut ku.. Jadi setiap aku masak, suami ku jarang banget makan, makanpun sedikit sekali... Pecin dan msg kan gak baik jika dikonsumsi dengan jangka waktu yang panjang.. Gimana ya kira2 biar win win solution gitu.. Makasih mbak...

Yunidia_Cirebon

Jawaban:
3⃣Waahhh Mba Yunidiaa..  ini aku bangeeetttt... πŸ˜†
Bisa curcol juga nih saya..πŸ˜…πŸ˜‚

Satu tahun pertama menikah, jika suami saya ditanya bagaimana rasa masakan saya dan jawabannya: "rasanya lucu, rasanya aneh, hmm.. masih bisa dimakan", itu tandanya masakan saya kurang enak. Bagaimana tidak, suami saya adalah pencinta mecin sebelum menikah. Sedangkan, saya kebalikannya, kalau makan mecin sedikit kepala saya pusing. Entahlah dari dulu setelah makan makanan yang mengandung MSG begitu efeknya.

Lalu pada satu titik, saya pun down (kalau tidak mau disebut frustrasi). Saya butuh support. Saya butuh apresiasi untuk booster memasak. Sebab, awal-awal menikah saya masih bekerja dan tidak mudah bekerja sambil berupaya konsisten memasak setiap hari.

Setelah saya pertimbangkan, saya ambil win win solution. Akhirnya saya pakai MSG juga waktu itu. Meski kepala saya agak pusing setiap selesai makan, yang penting melihat suami makan dengan lahap dan mendapat suntikan semangat dengan kata-kata: "masakannya enak" itu sudah "sesuatu" sekali bagi saya.
Lama-lama, MSG mulai saya kurangi dan suami tidak tahu. Saya tanya bagaimana rasanya, suami bilang enak. Alhamdulillah. Mencelos sekali hati saya mendengar itu.

Di tahun ketiga pernikahan akhirnya beberapa menu yang saya masak lepas landas tidak pakai MSG, kata suami bagaimana? Enak. Berbunga-bungalah hati saya dan kepercayaan diri saya untuk terus memasak mulai tumbuh bersemi.

Saya pun mendapat sharing berharga dari teman tentang teknik memasak yang tepat untuk bisa menghasilkan cita rasa gurih dari kandungan alami glutamat dalam beberapa jenis bahan makanan dan teknik mengeluarkannya. Cara pertama yang umum digunakan adalah mencampur gula dan garam. Sesekali coba dengan gula merah, rasanya lebih gurih. Kedua, menggunakan bawang merah/putih dan tomat atau cabai hijau (atau campuran bumbu seperti bumbu untuk bacem) yang dimasak agak lama atau hingga hancur dengan api sedang. Ketiga, memasak perlahan (slow cooking) berbagai jenis protein hewani, seperti ayam, sapi, atau jenis daging lainnya bersama beberapa jenis bawang atau bumbu-bumbu lainnya. Yang perlu diingat adalah pilih bahan yang berkualitas. Hasilnya tentu akan beda dengan bahan yang kualitasnya kurang baik. Keempat, membuat kaldu dari tulang ayam/sapi atau cangkang dan kepala udang bersama bawang/bumbu-bumbu tertentu yang dimasak dengan air sampai tereduksi. Khusus tulang/daging, proses merebus memerlukan waktu minimal dua jam dengan api sangat kecil. Kelima, melakukan marinasi atau perendaman minimal semalam. Rendam ikan/ayam/daging dengan bumbu, seperti bawang putih dan garam (bisa juga dengan campuran lainnya, seperti ketumbar, bubuk cabai, bubuk/gilingan jahe, kunyit, dan lainnya).
Kelima cara tersebut adalah teknik mengeluarkan kandungan glutamat alami secara maksimal sehingga rasa masakan jauh lebih sedap dari glutamat bermonosodium. Dengan demikian, ada jalan untuk memadukan selera suami dan istri akan cita rasa masakan tanpa meributkan pakai penyedap rasa atau tidak. Insya Allah πŸ˜‰

✅4⃣Assalamu'alaikum bunda..
Boleh minta sharingnya untuk menu variasi daging agar lebih mudah dikonsumsi anak usia 2 tahun?
(Aisyah_Jakarta)

Jawaban:
4⃣Wa'alaikumussalam wr wb Bunda Aisyah 😊
Biasanya saya buat sop daging, bakso, perkedel daging, semur daging, atau daging serundeng. Intinya sih dagingnya dibuat empuk dan mudah dikunyah.. hehe

Dulu bahkan saking pengennya anak saya naik BB-nya, perkedel kentang pun saya campur daging cincang jd double protein gitu.. hihihi

✅ 5⃣assalamu'alaikum. Mba masakan apa saja yg dapat dimasak ulang setelah satu hari tidak habis dimakan? Dan kalau menurut mba Dewi memasak sayuran hijau baiknya waktunya berapa lama ya?

Terlma kasih atas waktunya mb Fenny dan mb Dewi lestari
 wassalamualaikum wrwb

Nursainah_ Jakarta

Jawaban:
Wa'alaikumussalam wr wb Bunda Nursainah :)
Makanan sebaiknya tidak dipanaskan berulang kali yaitu sayuran dan masakan yg bersantan. Utk masakan yg bersantan setelah matang dan dingin, bisa dimasukkan ke wadah kedap udara dan disimpan di freezer. Kita panaskan seperlunya saja utk dimakan shg tdk berulangkali memanaskan. Apalagi zaman2 lg lebaran metode spt ini lbh baik drpd manasin berkali2 kan yah.. hehe

Sayuran hijau sebaiknya tdk terlalu lama dimasak utk menjaga kandungan nutrisinya tetap baik. Utk waktunya tergantung seberapa banyak masaknya :D
Jika kira2 sdh setengah matang kalau saya biasanya saya angkat dan saya siram air dingin utk menghentikan proses pemanasannya shg sayuran lbh terjaga nutrisinya dan lebih hijau saat matang :)

✅ 6⃣Sebetulnya saya tidak suka masak, tapi karena saya seorang ibu tentunya berbahagia sekali bila bisa menghasilkan makan enak dan sehat untuk anak2 dan suami.
-Bagaimana agar mood masak selalu terjaga?
-Dapur saya kecil sekali. Apa dapur besar, nyaman dan bersih berpengaruh dgn mood memasak?

Syifa_Sulawesi Barat

Jawaban:
6⃣Bunda Syifaaa terima kasih pertanyaannya.. :)

Agar mood masak selalu terjaga biasanya saya ganti2 menu biar ga bosen.. hehe. Uji coba berbagai resep plus wisata kulineeerrrr... itu bener2 re-charge bgt.. hehehe

Dapur kecil atau besar menurut saya tidak berpengaruh ke mood masak. Akan tetapi, suasana dapur yg berbeda atau lebih nyaman bisa menjadi booster turun ke dapur utk memasak. Kalau bosan dg suasana dapur biasanya saya beri aksen sedikit, misalnya menghiasnya dg bunga  yg digantung atau mengganti gordyn penutup sink, atau sedikit mengubah letak barang2. Namun, hati2 saat mengubah posisi barang2, jangan sampai kita lupa meletakkan barang2 yg selalu dipakai setiap hr utk masak shg membuat kita repot mencari benda2 yg dibutuhkan saat memasak :)

✅ 7⃣Saya ingin bertanya dari teknik ke 5 yang barusan di share, apakah perendaman ikan, ayam, daging semalaman tidak membuat bahan tersebut menjadi rusak?

Eka_Bekasi

Jawaban:
7⃣Merendamnya tidak di suhu ruangan, Bun, tetapi dimasukkan kulkas.. Jd tetap segar ikannya :)
Para chef di hotel atau restoran pun biasa marinate ikan, ayam, daging di kulkas atau freezer agar lbh cepat memasaknya dan lebih meresap bumbunya 😊

✅ 8⃣saya wanita yg tidak hobi memasak,.setiap mengikuti resep di dunia maya, ada saja yg kurang pas, saya tidak tau bagaimana memperbaikinya, seringkali gagal memasak satu menu yang sesuai ekspektasi, adapun ketika pernah berhasil  maka saya akan lupa kenapa itu bisa berhasil πŸ˜…, dan ketika membuat "menu berhasil" itu kembali akan berbeda rasa alias gagal kembali

Sabrina_Perancis

Jawaban:
8⃣Bunda Sabrina tenang saja, Bun, insting membumbui, kelihaian memadupadankan bahan, dan "kesempurnaan" cita rasa tercipta dari intensitas memasak yg tidak lagi bisa dihitung jari. Practice makes perfect.. :)

Begitu pun sebaliknya, para juru masak yg cuti tidak masak dalam kurun waktu tertentu pun kalau kembali ke dapur cita rasa yg dihasilkan bisa tdk seenak dulu saat sering masak lho.. hehe
Jadi, skill memasak sebenernya sangat bisa dikuasai oleh semua orang dan di segala usia.. :)

πŸ—ž *Closing Statement* πŸ—ž
Memasak sebenarnya bukanlah sekadar mengubah bahan mentah menjadi makanan. Lebih dari itu. Memasak di rumah menjadi sebuah pertanggungjawaban besar bagi seorang ibu dan atau istri atas kehalalan dan kethayyiban setiap hal yg masuk ke tubuh putra-putri dan suami di hadapan Allah kelak shg bisa menjadi penopang atas kesalihan jiwa dan kekokohan raga. Berbahagialah para bunda krn tidak ada karya yang bisa melekat menjadi darah daging di setiap jengkal tubuh anak2 dan suami kita, melainkan dari makanan penuh cinta dan doa yg bunda sajikan :)

Komentar

Postingan Populer